17

126 11 10
                                    

Hari-harinya dirawat di RS ini tidak tenang karena diganggu seseorang. Tentu saja! Siapa lagi kalo bukan Qila. Setelah ia tahu kalau Rio dirawat, ia langsung menuju ke RS. Dan berakhir mengomelinya panjang kali lebar. Masih mending jika ngomelnya sekali, tapi masalahnya ia mengomel hampir setiap saat. Membuat Rio selalu mengelus kupingnya yang kepanasan.

Dan akhirnya, setelah dirawat sekitar seminggu Rio pun bebas dari omelan itu. Rio sangat ingin pulang. Tetapi masalahnya apakah dirinya masih diterima oleh keluarganya? Masih tinggal dirumah keluarganya? Bisakah? Semua keluarganya membenci dirinya.

"Ri, kok ngelamun? " tanya Andra, membuyarkan lamunan nya.

"Eh? Gapapa kok, Bang" elaknya. Rio memandang kesekitar.

"Tumben Kak Qila belom dateng"

"Dia sibuk. Udah deket ujian akhir katanya" jelas Andra.

"Oohh"

"Nah beres! Yuk pulang!! " Andra mengangkat tas Rio.

"Eung? Pulang? Kemana? "

"Kerumah Abang aja, biar gampang buat mantau-in kamu" ujar Andra.

"Eh? Tapi Bang. Ga usah deh. Antarin ke Rumah aja gapapa" tolak Rio.

"Ayolah, Ri. Ini demi kebaikanmu juga" bujuk Andra.

"Tapi, Rio gamau repotin Abang " lirih Rio.

"Eh, kok mikir gitu sih? Abang malah seneng kalo kamu tinggal bareng Abang. Biar dirumah ga sepi" jelas Andra.

"Tapi, Bang. Rio mau pulang ke rumah aja" ujar Rio pelan, takut menyinggung.

"Kamu yakin mau pulang ke rumah kamu?" tanya Andra memastikan. Rio mengangguk pelan.

"Hhh, yaudah. Ayok! Tapi kalo ada apa-apa telpon Abang, Ok? " Rio mengangguk patuh.

☜☆☞

"Ri, bangun! "

"Eungh, udah sampe ya, Bang? " tanya Rio dengan suara paraunya.

"Iya, turun gih. Biar Abang yang bawain barangmu" instruksi Andra.

Rio mengangguk patuh, lalu turun dari mobil dengan gerakan lemah. Tubuhnya terasa sangat lemas saat ini.

"Hayuk"

☜☆☞

Disisi lain, Sabina tengah menonton TV bersama anak kesayangannya. Siapalagi kalo bukan Candra.

"Ma?"

"Hm? "

"Bocah sialan itu gak pulang kah? "

"Jangan tanyakan itu, sayang. Ya udah bagus kalau ia gak pulang. Setidaknya pengeluaran sehari-hari kita agak berkurang" tegur Sabina pada Candra yang tengah berbaring di pahanya.

"Ma"

"Hm? "

"Lopyuuh ❤❤❤ "

"Ah, ada-ada saja kamu, Nak. Udah, fokus aja sama TV jan godain Mama terus" tegur Sabina sembari tersipu malu.

"Okey, Mamaku yang cantik"

'Sipp, mission... Clear? Or nah? '

Tok tok tok

"Ma, ada yang ngetuk tuh" peringat Candra.

"Ya udah, Mama kedepan dulu" pamit Sabina.

"Eh, Ma! Biar Varo aja yang bukain. Tadi Varo delivery, mungkin udah dateng" cegat Varo.

Really [Lokal Vers] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang