Makasih buat ciwi-ciwi ku yang sudah comment, aku orangnya ga pandai mengarang dengan teratur, jadi ya, apa yang mau aku tulis ya jadi gitu. Hanya berharap kalian semua suka.
Thankyou.
♥️ Dari Ana eonni.***
Aku merapikan selimut appa, sudah lama sekali aku menjadi puterinya dan rasanya aku tidak pernah berbakti pada pria tua ini. Appa, sehatlah, jebal.
"Seulgi, gwaenchana."
Appa memegang kedua tanganku sambil tersenyum kecut, pasti jantungnya sakit sekali. "Aku dengar kalau aku sudah tidak punya perusahaan lagi, ---"
Aku segera menggeleng dan mengeratkan genggamannya, "Kumohon appa jangan berfikir banyak, semua baik-baik saja. Kita akan mendapatkan perusahaan itu lagi kelak. Lagipula, kapan appa akan menikmati hari tua kalau mengurus perusahaan terus menerus?"
Kami tersenyum bersama. Appa tersenyum pasrah melawan nona dengan mulut santai dan sangat terbuka ini.
Aku pikir satu-satunya perdebatan yang berakhir kikuk adalah kemarin. Anna Hwang sangat pintar menjatuhkan orang lain, aku sangat kalah berbicara dengannya.
"Geom? Itu kau kan?"
Suara serak itu? -_-
Aku menahan kepalaku sekuat tenaga agar tidak menoleh. Hanya mendengar langkah kakinya yang semakin mendekat. Tidak! Jangan kesini.
"Appa? Kenapa dia bisa ada disini?" Bisikku pada appa, namun jawabannya hanyalah kekehan.
Appa bisa tertawa enteng karena sama sekali tidak tahu permasalahanku. Bagaimana aku bisa memasang muka bertemu Kim Taehyung? Kalaupun aku mengoperasi wajahku menjadi Emma Watson, tetap saja aku tidak bisa menggantikan kebodohan kemarin.
"Ah, benar! ini kau... akhirnya kau datang!" Dia sumringah dan tersenyum hangat seperti biasa.
Dan kembali. Kembali berada dalam pelukan Kim Taehyung, rasanya sudah lama sekali. Suhu tubuhnya masih saja terasa hangat, masuk sampai relung hatiku.
"Tae... Le.. pas."
Aku terengah, bukan karena dekapannya yang kuat, tapi karena perasaan ku yang jadi tak karuan lagi.
Dia melepaskan pelukan sesuai perkataanku. Jika saja Jimin juga bisa mendengarkan ku seperti Taehyung, pasti akan ... Lihat! Lihat! Aku memikirkan pria busuk itu lagi.
Ya, dia akan busuk sampai dia membuktikan perkataanya padaku.
"Seul, jangan sedih. Aku disini," Taehyung memegang kedua pundakku. Tangannya mencengkram erat seolah aku harus berdiri tegak apapun masalahnya.
"Tae, kau... ada yang mau aku jelaskan padamu," ucapku sambil memegang pergelangan tangannya, "appa, aku tinggal sebentar."
"Ya, ya, jangan fikirkan aku. Kalian harus mengembangkan hubungan kalian!" teriakan penuh semangat itu membuat aku kembali menghela nafas.
Koridor rumah sakit.
Taehyung berdiri sambil memegang kedua pipiku dengan tangannya yang cukup besar, "katakan, aku seratus persen akan percaya tanpa bantahan."
Dia masih sangat mempercayaiku. Aku menggigit bibir bawahku kemudian mengangguk beberapa kali untuk meyakinkan diri.
"Aku bilang aku akan percaya padamu, kenapa kau masih takut? Seulgi jelaskanlah semuanya. Siapa pria itu... untukmu?" Dia mengusap wajahku dengan ibu jarinya dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHO || Pjm [END]
Fanfiction[M] terdapat beberapa kekerasan seksual. Mereka belum menikah tapi masalah tak kunjung usai. Membuat Kang Seulgi membesarkan seorang anak sendirian. Ya, anaknya Park Jimin. Bukan cerita happy ending.