Bagian: 17

2.7K 309 32
                                    


Hidup adalah perang, bagaimana kamu mengerti bahwa kamu harus berjuang, bukan berpaling dan pulang.

"Seul? Kita sampai."

Kim Taehyung, pria itu selalu mampu membuatku lebih dan lebih nyaman. Hanya dengan melihat senyumnya yang hangat aku merasa lebih baik.

"Makasih, Tae."

Setelah membuka seatbelt, aku membuka pintu mobil sebelum kemudian Taehyung menahan satu tanganku.

"Tae..."

Dia terdiam sebentar, mata itu... bukan lagi tatapan hangat yang aku lihat dalam perjalanan.

"Kau tau kan harus kemana jika memilih berhenti?" Katanya dengan lemah. Kami bertatapan sebentar.

Satu tangan aku gunakan untuk melepas genggamannya, "aku tau, terima kasih karena perhatianmu."

Sejujurnya aku tahu perasaanku, Tae. Aku mencintai Jimin dan ternyata itu tidak berubah setelah sekian lama, namun aku juga merasa sangat bahagia bisa bersamamu. Nyatanya, kau juga tidak pernah merubah perasaanmu.

Sebuah cirlce yang aku sendiri tidak tahu ujungnya. Sebuah pisau yang bermata pada pangkal dan ujungnya. Kita semua terluka.

"Aku turun," kataku kemudian keluar dari mobil dan melambaikan tangan pada Taehyung yang melajukan mobilnya.

"Aku turun," kataku kemudian keluar dari mobil dan melambaikan tangan pada Taehyung yang melajukan mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rumah utama milik keluarga Park benar-benar mencengangkan. Aku hanya beberapa kali melihat bangunan seperti ini di Paris. Terlihat seperti istana dengan desain dan warna yang begitu elegan.

Aku tidak tahu kalau dia sekaya ini.

Bel berbunyi, beberapa kali ketika aku menekan barulah datang seorang pria tinggi dan sudah berusia.

"Anda siapa?"

"Saya ingin bertemu tuan Park, dia ada di dalam kan?" Pintaku dengan sopan.

Pak tua itu melihat ku dari atas sampai bawah, dia kemudian tersenyum.

"Bisa anda sebutkan nama anda nona?"

"Kang Seulgi," aku tersenyum ramah sepertinya namun ada yang tidak beres dari ekspresi pelayan itu.

Dia menutup pintu kalau saja aku tidak menahan tangannya kuat-kuat. Ada apa dengan wajah kesalnya.

"Tuan, saya diperintahkan untuk kesini oleh Park Jimin. Izinkan saya masuk," aku memohon pada pelayan. Anakku ada di dalam, aku ingin menemuinya.

"Kami tidak diperbolehkan menerima tamu asal. Anda wanita ketiga hari ini yang memaksa masuk, silahkan pergi kalau tidak ingin berhubungan dengan polisi!" Bentaknya.

Dia tidak berfikir bahwa aku adalah wanita penghibur kan? Apa segitu banyaknya yang mendatangi Jimin sampai aku pun termasuk salah satu diantara mereka. Ini salah paham. Aku bisa meluruskannya.

PSYCHO || Pjm [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang