"Maaf nyonya, tuan Park melarang saya menjemput anda."
Seulgi merasa tidak nyaman akibatnya dia tidak berbicara sama sekali. Melihat pesan terakhir dari Mack membuat dia kesal. Ternyata dia tidak begitu mempunyai hak atas orang kepercayaannya sendiri. Semua dikendalikan oleh Jimin.
Tidak lama kemudian, Sam menghentikan laju kendaraan tepat di depan apartement mewah Park Jimin.
Keduanya tiba dan masuk menuju lift.Ting!
Park Jimin berjalan lebih dulu diikuti Seulgi seolah mereka memang terbiasa bersama.
"Uri geom?"
Langkah Park Jimin terhenti, dia mengeratkan pegangannya pada tas hitam tempat dia meletakkan beberapa berkas. Tentu saja dia berbalik badan sambil menggigit bibir bawahnya. Tatapan sengit itu menghujani Kang Seulgi dan seorang lelaki berambut oranye berhambur dalam pelukannya.
"Ah~~ Tae, lepaskan."
Seulgi memegang kedua lengan Kim Taehyung yang sekarang memegang lehernya. Dia sama sekali tidak menatap lelaki yang sangat antusias itu melainkan pada Jimin yang bersedih sebelum akhirnya berjalan cepat dan ...
Bugh!
Adegan menarik paksa pundak dilanjutkan tinjuan membuat pusing kepala Seulgi.
"Jim, geuman." Buru-buru Seulgi melerai keduanya. Caranya tentu saja dengan merentangkan tangan menghadang Jimin yang lagi-lagi tidak puas dengan dua tinjuan.
Setelah tidak ada lagi pergerakan pada Park Jimin, gadis itu segera berbalik dan memegangi kedua pipi Kim Taehyung.
"Apa itu sakit?"
"Kya! Kang Seulgi, hentikan!"
Jimin melingkarkan satu tangannya ke pinggang ramping Seulgi, membawa gadis itu dalam pelukannya.
Pengusaha bermarga Kim itu berdiri tegak sambil mengelap sudut bibirnya yang berdarah. Serangan tiba-tiba membuat dia tidak bisa berfikir dan menerka apa hubungan bear nya ini dengan Presdir Park yang ternama.
"Aku sudah mencari mu kemana-mana Seul, setelah paman sakit aku sangat khawatir tapi kamu tidak pernah muncul," Kim berbicara sebagaimana biasanya, dengan hangat dan penuh kasih sayang.
Seulgi ingin menjawab namun gerakan tangan Park Jimin membuatnya bungkam.
Dia gila.
"Jawab dan beritahu dia kau siapanya Park Jimin," dengan bangganya dia meminta Seulgi mengatakan sesuatu yang tidak wanita itu temukan dalam kamusnya.
Hubungan apa?
"Seulgi, kau bisa jelaskan padaku sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kau bisa bersama dia?" Taehyung masih sama seperti dulu, menghangatkan Seulgi dengan katanya yang begitu lembut.
Tangannya bergerak kemana? Pria brengsek ini!
"Dia bos ku, aku bekerja di..."
"Shit!" Park Jimin meletakkan satu tangannya lagi di bawah paha Seulgi dan menggendong gadis itu tiba-tiba.
"Park Jimin, lepaskan aku!" Ronta Seulgi sambil menendang-nendang kakinya di udara. Nostalgia bagaimana Jimin membawanya jauh dari Jungkook teringat kembali.
Bedanya, pada saat itu dia merasa sangat hangat namun sekarang, Seulgi merasa tidak akan selamat.
"Kau menguji kesabaranku berkali-kali," Bisik pria itu.
Kim Taehyung berlari mengejar namun ketika ia hampir sampai, seseorang menahan tubuhnya untuk melangkah lebih jauh, membuat dia hanya bisa melihat Seulgi yang dibawa Park Jimin.
"Lebih baik anda jauhi nyonya Seulgi," Sam menahan Kim Taehyung.
"Saya adalah tunangannya!"
Sam hampir terkejut dan mengubah eskpresinya, "Itu bukan urusan saya."
Hampir dua jam kemudian.
Park Jimin memakai kembali kemeja putihnya dan melihat sosok polos Seulgi yang tertidur. Dari balik kaca itu, dia juga dapat melihat pergerakan Seulgi dan ketika gadis itu melenguh sambil memegangi pundaknya sendiri.
"Acara malam ini kau tidak perlu datang."
Tuan Park mengambil jas nya yang tadinya ia lempar di sofa panjang kamar, kakinya berjalan mendekat kepada wanita istimewanya itu. Tapi yang dia dapati, Kang Seulgi kembali bersungut wajah.
"Tolong hentikan semua ini Jim," kalimat itu menjadi pembuka keluh kesahnya. "... Aku bukan barang, aku juga punya kehidupan, sebenarnya kau menganggap aku ini apa? Simpanan kan?"
Jimin menyipitkan matanya untuk menelisik arah pembicaraan, kemudian dia menghembuskan nafas kesal.
"Ya, kan memang simpananku."
Cuma aku yang boleh menyentuhmu. Dan cuma kau yang boleh disentuh olehku. Aku akan menyimpanmu baik-baik untuk diriku.
Seulgi mengangguk beberapa kali. Oke. Jawaban ini cukup untuk menunjukkan seberapa jalang nya dia bagi Park Jimin.
"Kau bisa membawa Anna kemari, dia pasti dengan sukarela membuka pakaiannya sendiri untukmu. Kenapa aku? Kita baru kenal beberapa bulan dan aku membantumu berbisnis. Bukan untuk hal seperti ini apa kau lupa? Lupa caranya menggunakan teman bisnismu ini menjadi teman tidur, eoh?" Seulgi mengatakannya dengan suara yang beberapa kali hampir tertahan, memberitahu Jimin bahwa dia tidak tahan dengan situasi ini.
Pria bermarga Park itu mendekatkan jarak diantara mereka, menekan satu titik di tubuh Seulgi yang berwarna keunguan.
"...Aku tidak perlu Anna. Hmm.. Kau cemburu ya? Ini tidak ada hubungannya dengan Anna atau gadis manapun. Ini hanya tentang aku yang cuma ingin kamu Seul." Jimin menaikkan tangannya pada wajah Seulgi dan membuat telapak tangannya menyentuh pipi kiri gadis itu. "... Apa ini masih sulit kau mengerti?"
Apa ini artinya dia menyukaiku?
"A..apa kau memiliki perasaan..."
Keraguan Seulgi langsung di sambut pernyataan manis dari Jimin."...tentu saja! Aku hanya menyentuh wanita yang aku cintai." Kedua tangan Jimin dia gunakan untuk memeluk tubuh polos Seulgi.
"Maaf karena aku terlalu kasar. Aku selalu tidak bisa menahan diri melihat kau dengan pria lain..." Kata itu menusuk Seulgi tepat di jantungnya, tusukan berupa panah berwarna merah muda dengan simbol hati di pangkalnya. "...termasuk Presdir Kim itu, jangan berhubungan lagi dengannya. Aku tidak peduli hubungan kalian apa sebelumnya. Bahkan jika dia suamimu sekalipun. Sekarang kau milikku, arasseo?"
Jimin merasa dagu Seulgi bergerak beberapa kali di pundaknya. Dia merasa senang kemudian kembali mengusap rambut Seulgi.
"Bisa aku percaya padamu, Jim?" Bisik Seulgi.
"Tentu."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHO || Pjm [END]
Fiksi Penggemar[M] terdapat beberapa kekerasan seksual. Mereka belum menikah tapi masalah tak kunjung usai. Membuat Kang Seulgi membesarkan seorang anak sendirian. Ya, anaknya Park Jimin. Bukan cerita happy ending.