Bagian: 28

1.5K 199 42
                                    



Tidak disangka bahwa dia akan kembali ke ruangan ini. Sesuatu yang lebih sulit dipercaya adalah sosok yang tengah makan dengan tenang di depannya.

"Iya tau aku tampan, tapi habiskan makananmu sebelum dingin."

Seulgi terhenyak dalam lamunannya lalu membuang pandang pada sup yang sudah repot-repot di siapkan oleh koki handal dari kediaman Park.

Dia pun menyantap santapan siang dengan tenang hingga akhirnya sedikit terburu, berdesakan dengan nafsu makannya yang seketika meningkat. Tidak salah karena  ini dibuat oleh keluarga Park yang terkenal, rasanya sungguh lezat.

Ketika sup mengambil atensinya penuh, dia tidak sadar ketika sesuatu yang lunak menyapu sudut bibirnya.

"Maaf, ada potongan sayur di bibirmu," Seulgi sukses kaku, "Sayur itu menyehatkan maka dari itu aku tidak boleh menyiakannya."

Blush!

Beberapa detik yang lalu lidah Park Jimin menyesap lembut sesuatu yang berada di sudut bibirnya. Trik kecil ini ini sukses besar membuat wajah Seulgi merah padam. Seteguk air mungkin bisa membuat nafasnya kembali normal.

Jimin terkekeh, wanita ini masih terasa sangat manis. "Minum yang pelan sayang, atau mau aku membersihkannya juga jika itu berceceran? Air juga sangat penting loh bagi tubuh, itu aku juga tidak akan---."

Uhuk!

Seulgi tersedak, baiknya dia tidak menyemburkan air itu langsung ke wajah Jimin, melainkan dress biru nya sendiri.

"Apakah begitu senang untukmu menggodaku?" Seulgi melayangkan protes keras. Dia tidak bisa makan dengan tenang jika jantungnya terus berdegup kencang.

"Siapa yang menggoda siapa?" Jimin menyudahi makannya dengan mengelap sudut bibirnya dengan tisu. "... Kancing kerah dressmu sengaja dibuka, pastilah kau yang mau menggoda---"

Seulgi panik sambil menundukkan kepala melihat kenyataannya, tapi sekali lagi dia terkena tipuan playboy tak sadaSr umur ini.

"Kalau kau merasa terganggu dengan kehadiranku disini, aku akan pergi." Seulgi tidak bisa lagi menunggu dirinya untuk dipermainkan Jimin. Dia bangkit dengan tergesa-gesa.

Jimin menghela nafas kesal, buru-buru berdiri sambil menahan Seulgi. Oke. Dia sudah keterlaluan. Tapi menggoda Seulgi sangat menyenangkan. Jimin mana bisa tahan.

"Oke, duduklah. Bukannya kau datang karena ada perlu?"

Seulgi menurut dan kembali, sejatinya dia hanya menggertak karena dia tidak akan mundur untuk kesembuhan Kyne.

Dan disinilah dia memikirkan cara untuk berterus terang, "...em... Itu... aku mau meminjam uang."

"Shit!"

Apa dia marah? Seulgi seharusnya tidak datang. Pergi sesuka hati kemudian datang begitu saja untuk meminta harta?

"Apa-apaan dengan kata 'pinjam' itu? Aku akan memberikan semua milikku," Jimin marah dan wanita itu sudah tahu alasannya.

"Tidak! Tidak. Aku tidak berhak."

"Who said that?" Wajah Jimin berubah datar.

"Ne?"

"Who said that you have no right? since you became my woman you have everything I have."

Kata ini sungguh manis tapi Seulgi tidak akan tertipu --- lagi. "Bagaimana dengan Cellia? Apa yang dia dapatkan dengan menjadi?"

PSYCHO || Pjm [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang