Bagian: 16

2.7K 298 49
                                    

Its so long, don't forget to vomment.


***

"Kyne! Apa kau baik-baik saja?"

Wanita  itu baru bisa tenang dan menghentikan langkahnya, tidak lagi menggigit jemari seperti tadi, tidak juga mengacak rambut frustasi. Satu suara dari sambungan telfon membuat dia mendapatkan kembali dunianya.

"Mommy, aku baik-baik saja, mom. Bagaimana? Apa paman Jimin sudah menyuntikkan sesuatu?"

Beban berat di kepala Seulgi baru saja hilang setengahnya. Dia tidak bisa tenang kalau Kyne belum di depan mata. Hanya terus berdoa bahwa Jimin masih dalam fikirannya yang benar.

"Mommy senang kau baik ---" dia terus bersyukur.

"Eh? Apa? Suntik --- apa?" Seulgi berfikir keras.

"Paman bilang, tadi malam dia menyuntikkan mu sesuatu, apa itu sakit?" Suara dari seberang sana terdengar begitu polos dan tentu saja sekarang Kang Seulgi menjadi kalang kabut kembali.

Brengsek! Apa yang kau katakan pada puteraku, Park Jimin!!!

Seulgi menggenggam erat ponsel itu, mencengkeram dengan penuh energi yang tertahan. Kalau dilepas, mungkin benda itu bisa retak saat itu juga.

"Mommy?"

"Tidak. Mommy, sudah jauh lebih baik, suntikannya berguna."

Astaga! Apa yang aku katakan? Matilah kau Kang Seulgi. Kau lah orang cabul sesungguhnya.

Dia mengusap wajahnya kesal, dalam satu hari berapa kali Park Jimin akan memberikan kejutan padanya. Bernasib apes, kenapa sosok yang disukainya adalah pria bermarga Park itu.

"Syukurlah, aku bisa minta tolong paman untuk terus menyuntikkannya, mommy harus sehat,"

"Iya sayang, te-terima kasih sudah mengkhawatirkan mommy, jaga dirimu baik-baik, mommy akan menelfon kembali nanti," apapun yang dikatakan Jimin pada puteranya, setidaknya dia masih menjaga Kyne tetap aman. Seulgi benar-benar lega.

"Ok. Love you, mom."

"Love you more,"

Setelah mendapat kabar baik tentang Kyne, Seulgi merasa bahwa dia tidak perlu melakukan apapun lagi kecuali menuruti perintah Jimin untuk tidak keluar kamar sama sekali.

Hanya memandangi diri sendiri di balik kaca, melihat, apakah dia telah terjatuh pada lubang yang sama untuk kesekian kalinya atau malah menggali lubang yang baru penuh harta.

Seulgi meraba.

Putera tunggalnya itu --- Kyne, sudah berada di kediaman keluarga Park. Apa dia sudah bertemu neneknya? Akan baik-baik saja kan? Sejumlah pertanyaan kembali mencuat. Membuat sakit di satu sisi kepalanya.

Ponselnya berdering, satu panggilan sosok pria yang sempat hilang entah kemana.  Dan, biarkan Seulgi yang menghilang karena dia tidak tahu apa yang pantas di ucapkan sekarang. Selain cemas, Park Jimin juga hebat membuat orang lain merasa malu.

"Nonya, ponsel anda terus berdering."

Itu adalah suara pelayan pribadi yang dikirim. Dia datang mengantarkan beberapa set pakaian untuk Seulgi kemudian meletakkannya di lemari kamar Jimin.

Gadis muda itu berusaha membantu dengan mengambil ponsel berdering yang ada di tempat tidur. Dia mengira bahwa nona ini tidak dapat menjangkaunya, padahal Seulgi telah melihat panggilan itu sebelum akhirnya  melempar benda itu ke tempat tidur.

"Biarkan saja," satu perintah Seulgi membuat gadis itu meletakkan kembali ponselnya di atas tempat tidur.

Wanita itu memilih menenggelamkan kepalanya di balik tangan yang di jadikan bantal di meja hias. Seketika tak bersemangat.

PSYCHO || Pjm [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang