10 tahun kemudian.
Tuk... Tuk... Tuk...
Pena diketuk beberapa kali menandakan seseorang harus menoleh sesuai rencana awal. Sudah sekian menit tapi tidak terjadi apapun kecuali guru yang menatap tajam. Laki-laki itu cemberut, lagi, dia mencoba menimbulkan bunyi melalui alat tulisnya.
"In Su-ya," panggilnya. Tapi bahkan bulu mata temannya itu tak berkedip.
Sialan. Tunggu saja jam istirahat, Jun Hae berjanji pada tuhan akan menghajarnya.
"Selesai, kumpulkan kertas ujian ke depan."
Seorang laki-laki bertubuh jangkung maju ke meja guru untuk mengumpulkan hasil evaluasi semesternya. Berjalan teramat santai, dia mengabaikan Jun Hae yang pasti mengutuk dalam hati. Lihat saja bagaimana wajah pria pucat itu dengan bibirnya yang bergerak naik turun tak jelas.
Bel berdenting tepat saat Jun Hae selesai mengumpulkan kertas ujian. Menjadi yang terakhir sudah biasa tapi penghianatan ini selamanya akan diingat oleh pria itu.
"In Su! Park In Su!"
Jun Hae masih dengan cecarnya memberikan umpatan sembari pukulan pada sahabatnya. Rutinitas berbagi jawaban kali ini tidak biasa. Pasalnya Park In Su sok tampan ini tidak mau menoleh barang sedetik.
Mungkin dia memang terlahir seperti itu, menjadi pria yang sangat dingin bahkan pada wanita cantik seperti ketua kelas sekalipun.
"Ya, ada apa?" Jawabnya datar, dia menarik lengan baju Jun Hae ketika pria itu ingin kabur dengan dalih memberi ruang.
"Eum, itu... Apa kau membawa mobil, aku hari ini tidak di jemput," ucapnya dengan wajah merona.
In Su tidak merespon banyak. "Anak sekolah tidak boleh menyetir, bagaimana aku membawa mobil?"
"Pft..." Jun Hae menutup mulutnya dengan kedua tangan, "Ah, maaf."
"Apa paman Park menjemput?"
In Su menggeleng, nyatanya hari ini dia akan pulang bersama Jun Hae seperti rencana sebelumnya tapi dia tidak mau bilang.
"Tidak juga."
"Begitukah? Ya... yasudah kalau begitu," Alissa memegang tali ranselnya erat dia berbalik tanpa menoleh sedikitpun.
Mungkin menangis, Jun Hae tidak heran dengan pemandangan seperti ini. "Hei, Kau! Kenapa kasar sekali pada perempuan," dia bosan bertanya tapi ini selalu menjadi hal yang pertama berada di benaknya.
"Apa aku harus berbuat baik padanya? Aku dan dia tidak memiliki hubungan apapun."
In Su berjalan lebih dulu menuju parkiran, disana ada sepasang suami istri yang menunggu dan melambaikan tangan padanya.
Jun Hae melengos, "tapi kan tidak harus sedingin itu. Memangnya hatimu dari batu es?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHO || Pjm [END]
Fanfiction[M] terdapat beberapa kekerasan seksual. Mereka belum menikah tapi masalah tak kunjung usai. Membuat Kang Seulgi membesarkan seorang anak sendirian. Ya, anaknya Park Jimin. Bukan cerita happy ending.