Bagian: 5

3.3K 365 31
                                    



Maaf aku baru kembali, apakah kalian merindukan cerita ini?

Sama, aku juga. ;) Cerita dikit, kemaren aku tes PNS ngga lulus :(

Astaga! Maaf, maaf, cus.





***

"Nyonya, bagaimana hari anda?" Seulgi memijit keningnya lalu melihat ke arah supir, bukan Sam, orang kepercayaan Jimin yang selalu berada di apartement.

"Ah, perkenalkan saya supir baru, kalau tuan Park punya Sam, kalau nyonya punya saya," dia berbicara serius tapi Seulgi merasa ada yang janggal.

Dia buru-buru menggeleng, "Ah, matilah saya kalau tuan dengar. Maksud saya, nona bisa percayakan apapun pada saya," pria muda itu tersenyum hangat pada Seulgi.

Gadis itu berfikir keras. Setelah tadi malam ia mendapat sebuah kartu kredit tanpa batas, pakaian-pakaian limited edition, lemari tas tinggi beserta isinya, juga lemari sepatu, dan yang baru ia temukan adalah rak berukuran sedang berisi perhiasan dengan permata berwarna putih.

... kemudian, seorang kepercayaan. Apa Park Jimin mau menjadikannya nyonya Park atau bagaimana? Tiba-tiba jantungnya berdegup kencang.

Mack, pria muda itu memarkirkan mobil mewah Jimin di basement dan dengan sigap membuka pintu untuk tuannya.

"Kau? Tidak akan ikut aku masuk kan?" Seulgi berhenti ketika mendengar langkah kaki Mack yang mengikutinya. Seketika dia berbalik dan membuat Mack jantungan.

"Ikut. Kalau kata tuan, saya harus berada di sisi Nyonya kecuali kamar mandi dan... ruang Presdir," katanya polos. Seulgi memegang dagunya untuk berfikir sebentar.

"Kau masih ingin bekerja?" Berlagak bos, Mack mengangguk cepat. Menjadi orang kepercayaan nyonya Seulgi, gaji bulanannya bisa ia gunakan untuk membeli mobil baru. "...kalau begitu, jangan ikuti aku. Atau akan aku laporkan pada Jimin bahwa kau berniat macam-macam padaku. Mengerti?"

Jangan! Mack bahkan belum menerima sepeserpun gajinya, kalau mendapat masalah, apa dia masih bisa hidup? Tuan Park akan membinasakannya. Tapi, melalaikan perintah Park Jimin juga sama bahayanya.

"Ta--tapi nyonya." Seulgi menatap datar, "Ba--baiklah, tolong jaga saya nyonya." Seulgi hampir tertawa mendengarnya, kemudian dia mengangguk dan berjalan menuju pintu utama.

Gadis itu masuk melalui pintu utama, dia berjalan santai seperti biasanya. Hari ini dia lebih dan lebih terlihat segar. Entah apa yang membuatnya begitu nyaman, dia belum paham sepenuhnya. Hanya tahu bahwa saat ini dia bahagia.

"Heoy! Seulgi, aku disini." Kim Yerim berhambur merangkul sampai Seulgi tertunduk-tunduk. Gadis itu tertawa kecil lalu melepaskan tangan Yerim dan merapikan kerah kemeja pink nya.

"Ada apa? Bahagia sekali."

Yerim memicingkan satu matanya, berlagaj marah. "...bukannya kau yang bahagia? Sempat tidak masuk sehari tapi langsung naik jabatan jadi sekretaris pribadi. Wah, wah! Aku iri sekali loh! Apa kau memiliki orang dalam? Siapa? Ha? Ha? Apa komisaris? Aish! Jawab dong!"

Entah sejak kapan dia bisa menerima ocehan panjang Yerim, biasanya dia bahkan tidak terlalu perduli dengan kehidupan kantor yang membosankan. "Direktur!" Jawab Seulgi enteng, dia pun berjalan menuju ruang sekretaris dan Yerim tetap mengekorinya sambil tertawa.

"Haha, kau bisa saja! Aku bilang ya, kau jangan berharap banyak Seul."

Apa aku berharap?

"...Kita dan direktur itu berbeda. Siapapun juga bisa lihat kalau pasangan Presdir itu nona Hwang, mereka ditakdirkan bersama dari langit." Yerim mengucap dengan bangga, tapi Seulgi mendadak tidak dapat melangkahkan kakinya. Ada sesuatu yang membuat tidak nyaman. Dia mengulum bibirnya sebentar lalu tersenyum menoleh pada Yerim.

PSYCHO || Pjm [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang