Selamat siang kaum rebahan~~
Jangan lupa vomment.
Buat yang dukung Seulgi, aku seneng banget karena aku juga kesel sama Jimin.***
GELAP!
...Tapi rasanya jauh lebih baik. Sangat bagus jika tidak melihat apapun daripada sadar akan sesuatu yang seharusnya tidak kita tahu.
Kang Seulgi tidak menyangka dia akan kembali lagi pada tempat di mana dia pernah berjaga-jaga pada pria hidung belang yang memandang rendah dirinya. Bar ini menjadi saksi bagiamana dia menjadi ahli dalam melakukan oneshoot.
"Seulgi, jangan minum lagi eoh?" Untuk ke sekian kalinya Seungwan menjauhkan botol wine dari jangkauan Seulgi.
Gadis itu mengangguk namun kontras sekali dengan gerakan tangannya yang berusaha meraih botol di tangan Seungwan. Satu lagi gadis disana melongo tak percaya. Dialah si biang kerok yang menyebabkan ini semua --- salah satu biang kerok, maksudnya.
"Seul? Hei!"
"Apa?! Jangan teriak-teriak! Aku tidak mabuk!" Teriaknya keras-keras. Siapapun bisa lihat Seulgi hampir kehilangan kesadarannya.
"Maaf membuat masalah, namaku Yerim, Seulgi datang untuk membawaku pulang dari pesta. Aku tidak tahu kenapa jadi seperti ini." Yerim terlihat merasa bersalah sekali, Seungwan berusaha menenangkan gadis itu. Lagipula, sepertinya kondisi Yerim juga kurang baik.
"Aku Seungwan, nona Yerim wajahmu pucat sekali. Lebih baik pulang dan istirahat dulu, Seulgi aku yang urus." Seungwan membantu Yerim untuk turun dari kursi.
"Aku titip Seulgi, Wan."
"Eoh! Kau bisa percayakan padaku." Seungwan melambaikan tangannya pada Yerim yang kini kembali ke rumah. Setidaknya Seungwan hanya tinggal mengurus satu orang saja. Ini pun, kalau berjalan baik.
"Seul, ada masalah apa?"
Seulgi baru saja sukses meneguk wine nya, itu artinya Seungwan kecolongan lagi.
"Bukan, dia tidak penting. Ya, bukan. Bukan karena dia," ucapnya asal.
Seulgi seketika berdiri dan merapikan ikat rambutnya, bergegas meriah tas dan meninggalkan bar. Gerakan spontan itu membuat Seungwan hampir jantungan.
"Kau mau kemana?" Tak ada jawaban, andaikan bar malam ini tidak terlalu ramai, Seungwan pasti sukses mengejar Seulgi. Tapi masih terlalu banyak pekerjaan.
"Ya Tuhan, jaga Seulgiku."
Dia mengendara dengan satu tangannya, sedang satu lagi dia sandarkan pada sisi mobil untuk menopang kepalanya. Beberapa pertanyaan mencuat, kenapa dia bisa seperti ini hanya karena seorang Jimin?
Jimin loh, pria yang baru-baru ini bersama dengannya. Apa karena ketampanannya? Harta? Sentuhan?
Aish! Sepertinya tidak satupun, lalu kenapa dia bisa berlari kepada Jimin seolah pria itu satu-satunya. Seperti saat ini, tanpa sadar Seulgi mengarahkan kemudinya menuju apartement pria itu.
Tidak --- memang itulah satu-satunya tempat dia kembali. Rumah sakit hanya akan membuat appa khawatir. Lagipula, Jimin sedang bercinta dengan seorang gadis berambut pirang itu, dia tidak akan kembali, pikir Seulgi.
Ada sesuatu yang tak biasa dengan apartement ini, tapi apa? Otak Seulgi belum bisa merespon semuanya dengan cermat. Perlahan dia melangkah melewati pintu utama namun lagi-lagi dia merasa ada yang tidak beres.
"Kalian siapa?" Dia berbalik dengan was-was. Pria berseragam itu tidak memegang kedua tangannya seperti pencuri, malah menunduk hormat.
"Kami pengawal tuan Park meminta anda untuk segera ke kamar," salah satu dari tiga orang itu berbicara pelan tapi juga begitu tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHO || Pjm [END]
Fanfiction[M] terdapat beberapa kekerasan seksual. Mereka belum menikah tapi masalah tak kunjung usai. Membuat Kang Seulgi membesarkan seorang anak sendirian. Ya, anaknya Park Jimin. Bukan cerita happy ending.