"De ja vu"Seulgi sudah berada di depan pintu utama presdir perusahaan yang dia tuju. Sebuah perusahaan yang baru masuk ke bidang fashion.
Tok... Tok...
Seulgi berdiri canggung setelah menjauhkan tangannya dari pintu, dari yang dia dengar, presdir perusahaan satu ini cukup sulit di atasi. Semoga saja hari ini dia bernasib baik.
Seulgi mendengar suara pintu terbuka, tampillah seorang pria muda.
"Selamat pagi pres---"
"Anda nona Kang Seulgi?" Wanita itu mengangguk, siapa kira kalau presdir ini ramah dan bahkan tersenyum begitu manis.
"Silahkan masuk, presdir ada di dalam," ternyata bukan. Sebaik apapun, mana ada presdir yang membuka pintu bagi karyawan rendahan seperti dia.
Ralat --- calon karyawan.
Kang seulgi berjalan mengikuti pria tersebut, perlahan dia masuk semakin dalam di ruangan super besar tersebut. Di sudut ruangan, terdapat sofa yang juga tak kalah mewahnya. Dan, disanalah kecanggungan tiada tara terjadi.
"Presdir Park, saya akan membaca perjanjian ini terlebih dahulu ," Seulgi tidak dapat melihat jelas wajah seseorang yang berbicara kecuali hanya bagian belakangnya saja.
Adapun pria yang menjadi lawan bicara ini, dia duduk tepat menghadap Seulgi.
"Silahkan. Dalam perjanjian ini, ada beberapa poin tentang kerja sama ini..." Park Jimin menjelaskan dengan perlahan, sembari membaca kontrak, pria yang memegang kertas itu mengangguk paham.
Setiap kata yang dikeluarkan Park, sangat mudah dipahami bahkan bagi seorang pemula seperti Seulgi. Tanpa sadar dia ikut mengangguk beberapa kali.
Dia --- Park Jimin seseorang yang terus mengekangnya ini dan itu dengan dalih cinta. Seseorang yang menyakitinya tidak hanya sekali. Sangat sering sampai Seulgi hanya dapat menghitung dengan jari berapa kebahagiaan yang mereka miliki.
Tapi, siapa sangka ketika melihat wajahnya yang bersinar dengan aura pemimpin yang ketara membuat dia --- Seulgi--- susah memalingkan wajah, hanya sesekali ketika pandangan mereka bertemu, dia akan berdeham sekali dan menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Sungguh, situasi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Tak bertegur sapa, bahkan berpandangan saja rasanya sudah tidak bisa.
Sudah hampir satu jam Kang Seulgi berdiri. Kakinya terasa pegal dan terasa perih pada bagian tumit. Jika tahu akan menunggu selama ini, dia akan pastikan bahwa yang ada dikakinya sekarang adalah convers kesayangannya.
Tidak! Dia tidak boleh menyerah. Ketika perusahaan ini setuju untuk menggunakan design nya, maka dia akan bersungguh-sungguh sekuat tenaga. Setelah perjalanan panjang, bertemu dengan direktur adalah akhir yang baik.
Ya! Semangat Kang Seulgi!
Otomatis, dia menegakkan pinggangnya, membusungkan dada dan berdiri tegap seperti pertama kali menginjakkan kaki di ruangan ini.
"Baiklah, saya setuju. Saya yakin, dengan kerja sama ini maka kita akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Suatu kehormatan juga bagi perusahaan kami untuk bekerja sama dengan anda," Pria itu memberikan kertas yang telah di tanda tangani pada Park Jimin.
Dia tersenyum sembari menjawab dengan sopan. Kalau bukan karena kepepet, maka perusahaan ini adalah pilihan terakhir atau bahkan tidak akan ada dalam daftar mitranya sama sekali. Presdir Kim ini sangat buruk dalam memimpin. Belum lagi, sifat kasar dan arogannya yang terkenal. Lebih terkenal daripada produk dalam perusahaannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHO || Pjm [END]
Hayran Kurgu[M] terdapat beberapa kekerasan seksual. Mereka belum menikah tapi masalah tak kunjung usai. Membuat Kang Seulgi membesarkan seorang anak sendirian. Ya, anaknya Park Jimin. Bukan cerita happy ending.