Long time no see, don't forget to vomment.
**"
Seorang pria bersandar pada kursi empuk, sebuah sofa panjang di ujung ruangan. Satu tangannya dia gunakan untuk wine dan satunya lagi bergerak bebas seiring dengan bebasnya seorang wanita bermanja disana.
"Tuan Park, apa perlu saya membuka pakaian anda sekarang?" Dia bermanja sambil mengusap dada Park Jimin, menarikan jari telunjuknya yang lentik disana.
"Kau orang baru kan?" Satu tanya Jimin membuat wanita itu mengangguk. Mereka bertatapan sesaat kemudian Jimin memalingkan wajahnya ke depan, melihat keramaian.
Dia sudah cukup kesal hari ini. Pasalnya ruangan VIP penuh, dia tidak ingin membuat masalah lebih banyak maka mengalah adalah pilihan paling tepat. Lebih tepatnya, Jimin tidak ingin menggunakan ruang pribadinya itu lagi. Cukup menjijikkan ketika hal pertama yang dia lihat saat membuka pintu adalah adegan dewasa yang tak pantas, menjijikkan, yang bahkan dia pun tidak pernah dan tidak akan melakukannya.
Kembali pada wanita yang tak tahu malu, beraninya dia berinisiatif menggoda Jimin tanpa melihat apakah Jimin berniat melakukannya. Dia dan seluruh wanita di dunia ini bukanlah sama seperti Seulgi yang selalu bisa membuat dia ingin menyentuhnya.
Seujung kuku pun mereka tak sama.
"Iya saya baru datang hari ini tuan, apakah tuan menyukai saya?" Salah tanggap, wanita itu mengira Park Jimin akan menyukainya hanya karena ini pertama kali baginya.
"Kalau masih ingin duduk disini, jangan sentuh aku sedikitpun," ujar pria bermarga Park itu dengan acuh.
Ekspresi itu pun akhirnya membuat sedikit masalah disana."Apa maksud anda mengatakannya tuan? Jangan sok suci, bukankah anda datang kesini karena membutuhkan kami?!" Dia meninggikan nada diiringi dengan tatapan sengit.
Jangan lupakan sosok pria yang sedari tadi mencoba sama acuhnya, mencoba santai dengan wine nya sendiri, mencoba melelapkan tubuh, namun terusik karena teriakan pegawainya yang bodoh. Wanita mana yang berani memarahi Jimin seperti itu? Kecuali dia ingin mati dini.
"Bo Yoongi, kau tau kan harus bagaimana sekarang?" Jimin melirik kesal ke arah manajer bar sekaligus sahabatnya itu. Kalau tidak mengingat persahabatan mereka, dia pasti tega melakukannya sendiri sekarang juga.
Dia gelagapan, kalau Jimin membunuh atau melukai pegawainya saat ini, maka akan menarik perhatian banyak orang. Seharusnya dia mempertahankan ruang VIP tersebut untuk Park Jimin seperti biasanya. Ya, Bo Yoongi memang bodoh.
"Kau hari ini di pecat, keluar!" Hanya beberapa kata dari Yoongi membuat wanita itu berlari sambil menangis. Benar-benar wanita tak berguna, fikirnya.
Dia, Bo Yoongi dan Park Jimin adalah teman lama, sejak dulu hingga sekarang hubungan mereka sangat baik namun memang jarang bertemu kecuali dalam beberapa kali dalam sebulan untuk membahas sesuatu. Namun malam ini, Park Jimin datang tanpa memberitahu, pun langsung kesal karena ruangannya di sewakan pada orang lain, marah lalu sebarang duduk di sofa ujung ruangan. Membuat kepala Yoongi pusing namun mencoba tidak peduli, hingga rasa penasarannya menuntun dia mengucapkan beberapa kalimat.
"Kau akan menikah besok lusa, lalu kenapa kemari?" Dia sendiri tidak sadar kenapa bisa mengatakannya.
Sosok disana yang tiba-tiba nafasnya memburu kembali meneguk beberapa gelas, tak puas dia bahkan meminum alkohol langsung dari mulut botolnya. Seperti bukan kaum bangsawan melainkan pemabuk jalanan. Yoongi rasa memang masalah kali ini tidak mudah.
"Jawab, kau bisa membuatku bangkrut kalau menghabiskan semua minumanku malam ini." Dia asal bicara, sungguh.
"Ye? Bangkrut? Kau kira aku tidak bisa bayar?" Gerutu Jimin dengan amarah nya yang hampir saja meledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHO || Pjm [END]
Fanfiction[M] terdapat beberapa kekerasan seksual. Mereka belum menikah tapi masalah tak kunjung usai. Membuat Kang Seulgi membesarkan seorang anak sendirian. Ya, anaknya Park Jimin. Bukan cerita happy ending.