Bagian: 27

1.6K 211 41
                                    

Jimin melenguh sembari membuka matanya perlahan. Cahaya silau berasal dari mentari pagi yang menerobos tak sopan. Dia pun membalikkan badan namun dikejutkan oleh asisten pribadinya.

"Sam?"

Senyuman bodoh Sam membuat dia mendadak kesal.

Dimana Seulgi? Jimin mengedarkan pandangan ke sekitar tapi matanya terlalu malas sehingga yang terlihat cukup buram.

"Dimana Seulgi?" Dia butuh bantuan Sam untuk menemukan wanitanya sendiri.

"Tuan, apa maksud anda? Apa nyonya Seulgi kemari tadi malam?" Pertanyaan itu memancing emosi Park Jimin. Mumpung pagi, tenaganya masih banyak untuk bertarung.

"Seulgi aku tanya?! Kenapa kau mendadak bodoh!" Jimin menyembur Sam dengan ucapan yang agak kasar.

Sam menjadi bingung, apa dia memang sudah bodoh? Tapi tidak ada tanda-tanda kehadiran nona itu sejak kedatangannya ke kediaman Park.

"Tu--tuan."

Bolehkah Sam bernyanyi entah apa yang merasukimu?

"Tu--tunggu." Jimin berdiri dan memutar badannya melihat sekeliling. "S-seolma? Sam, tampar aku!" Jimin ingin membuktikan apakah semua hal itu hanya mimpi yang kejam?

"Tam---tampar?"

Wahai dewi kayangan, dewi laut, dewi rawa, dan seluruh dewi yang ada mohon bantu Sam untuk mengatasi situasi ini. Kata tampar itu faktanya adalah buah simalakama.

"Tuan, ampuni saya. "

Jimin mengangguk lemah tiba-tiba kemudian duduk dengan lesu, "Tadi malam kau dimana? Apa saja yang kau lakukan?"

Oh tuhan!
Situasi apa lagi ini!
Apa mulai sekarang dia harus melaporkan segala aktifitasnya pada tuan? Sedang apa, dimana, bersama siapa, dan...hubungan semacam itu?

"Sam bangsat! Apa yang kau fikirkan?" Jimin melempar bantal mengenai dada bidang Sam. "...singkirkan senyum menjijikkan itu."

Sam memungut bantal suci tak berdosa itu lalu meletakkannya di kasur. "Lalu, maksud tuan?"

"Jawab saja pertanyaanku kalau kau masih mau beker---"

"Mau! Iya saya jawab tuan. Saya sedang berada di kelenteng tak jauh dari rumah karena tadi malam peringatan kematian ibu saya," dia berkata dengan jujur dengan raut sedih seketika.

Pernyataan itu juga membuat Jimin sedih, tapi Tuhan lebih tau alasan kesedihan Park Jimin.

"Kita ke kantor, rapat sebentar lagi di mulai kan?" Jimin nyelonong menuju kamar mandi dan Sam mengangguk setuju.

Fikiran Sam, kenapa seperti dia yang bos dan tuan Jimin asistennya?

🔥🔥Psycho 🔥🔥


Seulgi membereskan berkasnya yang berantakan di atas meja kerja. Yoona yang semulanya hendak berlalu melewati bilik kerja Seulgi malah dan mampir dengan wajah heran.

"Cari apa, Seul?"

Seulgi menoleh sambil lalu menggeleng, "sudah ketemu kok."

Yoona mendesis, "Aku kan tanya cari apa bukan sudah ketemu atau belum."

Seulgi menghela nafas berat. Benar apa yang dimaksud Yoona. Sejak dia tiba di kantor dia sudah sangat tidak fokus. Hanya memikirkan bagaimana keadaan Kyne yang sendirian di rumah sakit yang dingin.

---itu terjadi karena Seulgi memulai perang dengan Seungwan sampai dia tidak tahu harus meminta tolong pada siapa lagi untuk menjaga puteranya.

"Aku...mencari kertas pengajuan pinjaman."

PSYCHO || Pjm [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang