[Spin-off Crazy Offer]
[Bisa dibaca terpisah]
Salahkah jika mencintai teman kakak sendiri yang lebih tua tujuh tahun? Awalnya, Meisie sempat merasa kalau perasaannya adalah sebuah kesalahan, apalagi ketika ia ditolak mentah-mentah oleh lelaki yang n...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kembali ke cover lama hehe emang udah menyesuaikan sih sama cerita cover lama tuh. Yang sekarang mah, iseng2 aja wkwkwk makasih atas hampir 900 votesnya uwu. Ngarep banget bisa nyentuh 1k hehehe
Semoga belum pada tidur ya. Ditunggu vote dan komennya selalu!
***
Aku sadar, kalau aku bukan anak yang baik,
bukan pula seorang adik yang baik.
Namun meskipun begitu,
aku tetap ingin menjadi seorang ibu yang baik.
Lantas, bisakah aku?
-Meisie Tjandra_
***
Meisie mengucurkan air mata begitu saja. Akhir-akhir ini mood-nya sering berubah-ubah, dan tak jarang membuatnya kelimpungan sendirian. Ya Tuhan, apa memang hormon kehamilan selalu seperti ini?
Mei mengusap pipinya yang basah dengan kasar, saat mendengar ketukan yang juga disusul oleh suara sang ayah.
"Mei? Kamu nggak apa-apa kan, Nak?"
Sungguh, Mei merasa berkali lipat sangat berdosa. Dia bukan anak yang baik bagi kedua orang tuanya, bukan pula adik yang baik bagi sang kakak. Dia tak lebih dari wanita kotor yang rela menurunkan harga dirinya demi seorang pria.
Mei menyesal, sangat menyesal. Mengapa dia sebodoh ini menjadi seorang perempuan?
Alih-alih menyurut, air matanya justru kian menderas. Di luar, Marcel masih mengetuk pintu kamar mandi dengan sabar seraya memanggil-manggil putri semata wayangnya. Tak lama kemudian, putra dan menantunya menghampiri. Keduanya tampak bingung dan menatap sang ayah dengan penasaran.
"Kenapa, Pa?" tanya Mario, dan ayah dua anak itu membalasnya dengan gelengan, sebelum menatap sang menantu penuh harap dan berkata,"Kak, boleh Papa minta tolong, kan? Tolong panggil Mei? Papa mau panggil Mama dulu."
