[Spin-off Crazy Offer]
[Bisa dibaca terpisah]
Salahkah jika mencintai teman kakak sendiri yang lebih tua tujuh tahun? Awalnya, Meisie sempat merasa kalau perasaannya adalah sebuah kesalahan, apalagi ketika ia ditolak mentah-mentah oleh lelaki yang n...
Ciye pada protes dan mulai mengait2kn sama judul. Ributnya dah kayak waktu nulis Raza sama Ola ya. Bilang beginilah begitulah🤣
Selamat hari raya idul adha temen-temen🥰
Selamat membaca! Semoga rindunya bisa terobati. Jangan lupa baca catatan di bawah. Jangan sampe diskip biar paham.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Semuanya terjadi begitu cepat. Elang merasa dunianya runtuh seketika, kala matanya melihat dengan jelas sosok itu. Matanya tidak salah lihat, dan perempuan yang berlumur darah itu adalah Meisie. Iya Meisie, ibu dari putrinya
Hari itu adalah hari yang paling mengerikan di mana ia hidup selama 31 tahun di dunia ini. Melihat sosok yang dicintainya itu terbaring tak sadarkan diri, dengan kondisi yang sangat jauh dari kata baik itu terasa mencabik-cabik hatinya.
Jantungnya seolah diremas oleh sesuatu yang tak kasat mata, menimbulkan rasa sesak yang begitu dalam. Dia seolah hanya raga tanpa nyawa, begitu mengantar sosoknya ke rumah sakit, setelah ambulans datang.
Menyaksikan sosoknya masuk rumah sakit untuk mendapatkan penanganan, rasanya masih tak percaya. Namun begitu melihat noda darah di celananya karena ia yang sempat memangkunya, membuat ia sadar bahwa semua ini bukanlah mimpi. Kejadian ini nyata, hingga ia berharap bahwa ia sedang tidur dan begitu terbangun, semua ini hanyalah bunga tidurnya.
Namun nyatanya tidak semudah itu. Tuhan seolah tengah menyadarkan dirinya sendiri, betapa sakitnya saat melihat sosok yang dicintainya itu terluka. Dia pernah kehilangan satu kali, dan dia tak pernah ingin merasakannya lagi.
Air matanya sudah mengucur deras. Rasa takut begitu besar melingkupi dirinya. Bahkan ketika keluarga Meisie mulai berdatangan pun, ia tak bisa untuk menahan air matanya yang melaju. Semua orang menangis saat itu.
Dia menjadi orang pertama yang mereka tanyai tentang kejadian ini, tak terkecuali Aksel yang mengadu bahwa temannya itu sedang berbincang bersamanya di telepon, sebelum menjerit dan disusul oleh suara-suara berisik yang terdengar olehnya, hingga akhirnya sambungan telepon mati total.
"Dia telepon gue, Kak. Dia baru aja telepon gue! Sumpah, gue ngerasa nggak berguna banget jadi sahabat Mei. Kalo aja gue langsung menyusulnya waktu dia bilang ada mobil yang menguntitnya, mungkin ceritanya nggak bakal gini," adu Aksel padanya saat itu, dengan wajah berurai air mata.
Mungkin pada dasarnya, semua ini memang telah menjadi suratan takdir yang tidak bisa dicegah oleh siapa pun. Kondisi janin yang melemah pascakecelakaan hingga detaknya tak terdeteksi lagi, membuat pihak rumah sakit pun mengambil keputusan untuk melakukan operasi caesar demi menyelamatkan nyawa sang ibu.
Di tengah kondisinya yang kritis, operasi berjalan dengan lancar atas kehendak Sang Kuasa.
Setelah berhari-hari mendapat perawatan, kondisi fisiknya perlahan membaik. Namun tidak bagi psikisnya. Perempuan itu tampak masih terguncang dan menjalani hari layakya sebuah raga tanpa nyawa.