My Joy! - 11

21.5K 2.6K 1.1K
                                    

Kak, ada BAB flashback di mana kejadian, nggak? Ada. Hanya satu yang mau aku sampein. Jangan skip notes kalo gamau ketinggalan BAB flashback. Why? Lihat aja nanti, oke? 🌚 Biar kagak misuh2 ntar haha

Menurut kamu, visual mereka sesuai ekspektasi nggak?

Menurut kamu, visual mereka sesuai ekspektasi nggak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Apa yang aku lakukan memang salah.

Aku tahu, aku sadar sepenuhnya.

Namun, kalian tak berhak memintaku untuk melenyapkannya.

-Meisie Tjandra-

***

"Hai, kamu bangun?"

Senyum Elang menyambutnya, dan Mei hanya mengangguk dengan kaku menanggapi. Jujur, sedari tadi dia tidak tidur. Hanya saja, ia masih terlalu enggan untuk bertemu si pemilik apartemen ini.

Setelah dokter pulang, dengan Elang yang tiba-tiba datang dan mengecup punggung tangannnya, Mei sadar betul akan itu semua. Namun, laki-laki itu sama sekali tak berkata apa pun dan malah masuk kamar mandi. Setelah berpakaian sekalipun, laki-laki itu lantas keluar. Entah memang takut menganggunya, atau karena masih shock.

Meisie mengusap tengkuknya merasa canggung, seraya berjalan mendekati Elang yang sedang sibuk di meja makan. "El, aku ... ak—"

"Makan dulu ya, bicaranya nanti aja. Aku udah bikinin kamu omlete. Baru aja aku mau bangunin kamu, takutnya nasinya keburu dingin," jelas laki-laki itu dan Mei hanya mengangguk pelan sambil tersenyum, dan duduk saat Elang menarik kursi, mengisyaratkan dirinya untuk duduk.

Ada beberapa macam makanan di meja, salah satunya omelete sosis yang Mei duga buatan laki-laki itu. Makanan kebanggaan Elang, karena memang omelete buatannya selalu terasa enak di lidahnya. Selain itu, sepertinya hasil membeli di luar, termasuk nasinya sekalipun.

Laki-laki itu sempat berkata, bahwa dia lebih baik disuruh membersihkan apartemennya, daripada menanak nasi. Terlebih Elang sangat malas bagian mencuci berasnya. Dasar ada-ada saja, kan? Padahal tinggal mencuci, lalu memasukkannya ke penanak nasi.

Bibirnya mengulas senyum tipis. Mei lapar, tetapi ia tak yakin akan ada makanan yang bisa masuk perutnya tanpa keluar lagi. Wanita itu lagi-lagi hanya tersenyum, saat mendapati Elang dengan cekatannya mengambilkan piring untuknya dan menuangkan nasi.

"Jangan terlalu banyak," ujarnya menyela, saat laki-laki itu akan menambah satu centong lagi setelah memasukkannya satu centong nasi.

Walau kentara sekali raut bingung di sana, Elang tak urung menurutinya. Bahkan, saat Mei meminta untuk mengeluarkan setengahnya lagi pun, laki-laki itu mengangguk mengiyakan, tanpa protes apa pun.

MY JOY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang