My Joy! - 28

20.2K 2.7K 1.7K
                                    

Sayangku, cintaku, maaci ya respons luar biasanya di BAB 27 kemarin. Tembus 2k komen dong, dan itu murni tanpa challenge uwu😙 Ramein lagi BAB ini ya. Yang berkenan boleh follow Agustus29 🥰selamat malam minggu dan selamat membaca!

 Yang berkenan boleh follow Agustus29 🥰selamat malam minggu dan selamat membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mau tanya dong aku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mau tanya dong aku. Menurut kalian, Elang broken home nggak sih? :)

***

"El...." Tubuh perempuan itu bergetar hebat, saat mendapati keadaan Elang yang sudah kacau dan berlumur darah. Perasaannya hancur. Dia tak bisa melihatnya terluka seperti ini. Dia tak mampu.

"Hey, kamu bisa denger aku, kan?" bisiknya, usai bersimpuh di depan laki-laki itu, membuat Mario menatap adiknya dengan tatapan tak percaya.

Sialan, apa-apaan ini?! Tangannya bahkan sudah mengepal lagi.

Tak memedulikan keadaan sekitar, jarinya yang bergetar itu mengusap wajah Elang pelan. Meringis saat mendapati luka itu berada di mana-mana. "Sakit?"

Elang hanya tersenyum menanggapi. Sekujur tubuhnya jelas terasa sangat sakit. Namun ia sadar, ia berhak mendapatkannya. Lebih dari berhak. Dengan senyum yang masih terulas di bibir, laki-laki itu mengangkat telapaknya yang telah terdapat noda darah karena sempat menyeka sudut bibirnya, kemudian bergerak untuk mengusap pipi yang telah basah itu. Meisie menangis untuknya. Ibu dari anaknya.

"Kita ke rumah sakit ya? Luka kamu harus sege-"

"Mei! Kamu apa-apaan sih!" Mario membentak sang adik, terlampau kesal mendapati semua ini.

Shit! Dia benar-benar kecolongan, sampai tidak tahu bahwa mereka ternyata sedekat ini. Dan lihatlah adiknya ini, Meisie begitu mencemaskan si bajingan yang tak lain adalah sahabatnya sendiri.

Merasa sebal karena tak mendapat respons apa pun, Mario pun segera mencekal lengan atas Mei dengan sedikit menyeretnya, sampai membuat Mei mengaduh sakit. Namun ia tak peduli. Ia lebih jijik melihat kedekatakan keduanya.

"Abang, sakit," rintihnya, dengan kepala menggeleng meminta dilepas. Satu tangannya yang lain pun berusaha untuk melepas cengkeraman sang kakak.

"Pulang dan nggak usah menunjukkan rasa peduli memuakkanmu itu pada si bajingan ini. For God's sake! Dia pantas untuk mati, Mei! Buka mata kamu, buka, Sialan!" serunya dengan napas yang sudah tak beraturan. Emosinya campur aduk.

MY JOY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang