Meisie itu syok berad guys. Ketika dia tahu El yang anti komit, terus tiba-tiba aja lamar dia. Ia ngerasa aneh. Menurut aku sih, respons Mei wajar kok🙈 kalau aku lihat dari sudut pandang dia.
Apalagi sebelumnya, dengar obrolan Abi. Ya makin makin deh 🤭
Lamaran itu bukan hal remeh. Kalau lo ragu, mending lo mundur😎😋
***
***
Sungguh nekad, Mei sadar itu. Karena tidak sampai hati menolaknya, akhirnya ia pun mengiyakan ajakan Tante Liyana untuk bertemu dengan merubah janji temu mereka menjadi satu hari setelah berkirim pesan. Ia butuh mempersiapkan diri.
Dan kini, Mei sudah berada di tempat janjian, di salah satu coffee shop yang ia pilih. Sudah sepuluh menit menunggu karena dia yang sengaja datang lebih awal, belum ada tanda-tanda Tante Liyana yang akan datang.
Perempuan itu mengembuskan napas pelan. Memainkan stainless straw miliknya dengan tangan kiri, di saat tangan kanannya menggulir smartphone-nya dengan asal, untuk membunuh rasa bosannya. Apalagi kebanyakan orang yang mengunjungi tempat ini saling berpasangan. Meski ada beberapa yang sendirian seperti dirinya, tetapi mereka tampak sibuk dengan menikmati kegiatan masing-masing.
Bosan memainkan ponselnya dan juga masih bertekad untuk menghindari Elang dulu, kini perempuan itu pun mulai merogoh sling bag-nya untuk mengeluarkan earphone. Namun, baru saja ia hendak memasangkan benda itu pada telinganya, sosok yang ia tunggu pun menghampiri bersama seorang anak bungsunya, Savaira.
"Pasti kamu udah nunggu lama. Maaf ya, Vai rewel dulu barusan." Liyana menatapnya dengan pandangan menyesal, sebelum mengulas senyum manisnya.
Sementara itu, Mei pun beranjak dari duduknya. Bercipika-cipiki bersama Liyana, sebelum akhirnya berkata, "Nggak apa-apa, Tante. Aku belum lama kok." Setelahnya, perempuan itu menyapa si kecil Savaira.
"Hai Tantenya twins," balas Vai seraya melambaikan tangan, membuat Mei pun tersenyum karenanya. Rupanya Savaira masih mengingat dirinya.
***
"Jadi, gimana kabarnya?" Liyana tersenyum setelahnya, lain lagi dengan Meisie yang menatap wanita itu dengan bingung.
"Baby-nya," jelas Liyana, yang kali ini membuat Mei tersenyum. "Baik Tante. Dokter bilang saat kontrol kemarin dia berkembang dengan baik. Gerakannya juga semakin lincah," jawabnya, dan Liyana bisa melihat binar bahagia di mata perempuan itu.
Liyana tersenyum. Sebagai wanita yang juga pernah mengandung, tentu hal itu pernah dirasakannya. Meski sudah tahu bagaimana rasanya saat kehamilan pertama, rasanya masih sama luar biasa senang saat merasakan getaran-getaran yang dirasakan di perutnya saat ia mengandung Savaira.
Bagaimana rasanya menangis bahagia saat pertama kali merasakannya pun, ia juga masih mengingatnya. Termasuk, bagaimana respons suaminya yang begitu menantikan buah hati mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY JOY!
Romance[Spin-off Crazy Offer] [Bisa dibaca terpisah] Salahkah jika mencintai teman kakak sendiri yang lebih tua tujuh tahun? Awalnya, Meisie sempat merasa kalau perasaannya adalah sebuah kesalahan, apalagi ketika ia ditolak mentah-mentah oleh lelaki yang n...