My Joy! - 30

20.7K 2.4K 1K
                                    

Kalau Mei tanya sama Anda-anda sekalian ini, Mei kudu gimana biar nggak egois? 🤣🤣🤣

Tahu apa yang menarik dalam cerita kehidupan ini? Yaitu perbedaan. Antara kamu dan aku, yang memiliki rasa berbeda.

Readers be like, "Menyedihkan amat idup lo, Mei."

Dan Mei tersenyum. "Coba sini tukeran nasib idup. Gue nggak yakin lo bakalan kuat kalo jadi gue."

And me? Jiakhahahahaha happy reading! Jangan lupa untuk ramaikan bab ini dengan vote dan komentar kamu ya. Tirimikiciiiii❤️

 Tirimikiciiiii❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Mario tetap nggak setuju."

"Mario."

Laki-laki itu menggeleng. "Ma, mari kita berpikir realistis aja. Oke, Om Arya sama istrinya emang udah dateng ke sini, meminta maaf atas segala kesalahan yang dilakukan putranya, Mario mengakui niat baik mereka. Tapi untuk nikah? Mereka bercanda, Ma! Mario sama sekali nggak setuju. Yang akan menikah di sini bukan mama sama papa dengan Om Arya, jadi tolong pengertiannya."

Suasana di antara mereka mulai memanas. Setengah jam yang lalu, orang tua Erlangga pulang dan tinggal menyisakan mereka. Awalnya keadaan biasa-biasa saja, sampai akhirnya Marcel yang memulai untuk membahas soal ini bersama.

"Lagi pula, baik Mama sama Papa bisa lihat sendiri kan, di mana anak mereka? Kalau beneran serius, harusnya mereka turut membawanya!"

"Mario." Marcel mulai memperingati putranya yang sudah lepas kendali. "Papa minta kita bicara itu untuk diskusi. Baik Papa dan Mama sama sekali nggak memaksa Mei. Mereka tidak datang ke sini saja, Papa sama sekali nggak merasa keberatan. Namun dengan datangnya mereka ke sini, itu berarti mereka menghormati keluarga kita. Papa ingin Mei berterus terang di sini. Papa pengin mendengar pendapat putri Papa. Kalau Mei keberatan, Papa tentu turut keberatan. Ja—"

"Kalo Mei bersedia, artinya Papa langsung merestui gitu aja? Semua ini terasa nggak adil, Pa! Mario sangat keberatan." Masih berbicara penuh emosi, ayah dua anak itu pun memotong ucapan sang ayah begitu saja. Ia merasa kesal dengan respons tenang papanya.

Jujur, Mario sangat kaget saat mendapati telepon dari sang mama yang mengatakan bahwa orang tua Elang datang ke rumah. Ya, walau harusnya ia tak aneh. Dengan segala koneksi yang ayah Elang miliki, semuanya pasti akan berjalan dengan mudah.

Saat pertemuan tadi, Ayahnya Elang tentu langsung meminta maaf atas segala hal yang sudah terjadi, hingga akhirnya ... pria itu dengan lancangnya melamar sang adik untuk putranya.

Sungguh, si bajingan Erlangga begitu beruntung!

Kalau tidak direcoki semalam, ia tak segan untuk menghabisinya sampai tak bernyawa. Persetan dengan konsekuensi yang akan ia dapatkan nantinya. Ia begitu muak dengan sikapnya selama ini, seolah tidak tahu apa-apa dan bahkan istrinya pun sampai ikut-ikutan membelanya.

MY JOY!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang