Tidak semua kesedihan bisa dinikmati sendirian, ada beberapa kesedihan yang memerlukan teman berbagi, ada beberapa kesedihan yang tidak bisa ditanggung seorang diri.
-kopioppi
--
Refanya Sastrawijaya POV.
Sudah 3 hari gue berada di Phuket, Thailand. Gue dan Disa,Mitzi,Sabilla serta Sarah menginap di The Naka villa yang berlokasi di Phuket Thailand.
Saat ini gue dan yang lain sedang menonton match rian dan fajar melalui tv yang tersedia di villa, entah bagaimana billa mengurus semua sehingga sekarang kami bisa mendapat saluran tayangan live pertandingan badminton yang sedang berlangsung dimalaysia tersebut.
"Aduh-aduh ini pointnya kenapa mepet banget sih" ucap disa.
"Gapaham deh gue, tapi jujur gue deg-degan woi" ucap gue.
"Eh sumpah ya 24-24 berdoa kenceng-kenceng biar menang set 1" ucap sarah. Kami berlima yang bersama menonton sama-sama tegang, disa yang menggigit guling, sarah yang menutupi mukanya dengan buku, mitzi dan gue yang saling berpegangan dan sabilla yang heboh mondar mandir sedari tadi.
"YAH!" Teriak kami bersamaan, saat smash dari lawan yang berambut pirang tidak dapat dikembalikan oleh fajar.
"Duh songong banget mukanya itu pemain malaysia minta di timpuk" celetuk disa. Gue menghela nafas kasar, deg-degan menonton match fajar rian kali ini, aura tidak enak seakan melingkupi gue.
"Set 2 please, tuhan" ucap disa.
"Aamiin" balas gue.
"Itu soh woo yik dis yang pirang, kalo yang gembul itu aaron chiah" jelas mitzi.
"Duh bodo amat deh ya sama si gendut dan pirang gue maunya ini fajar rian menang woi" ucap disa.
"Heh bodyshaming lo" sahut sabilla, disa hanya terkekeh setelahnya.
Semoga set 2 milik fajri yaAllah, bantu mereka, ucap anya dalam hati.
Set kedua pun dimulai, fajri main lebih cepat dan lebih safe. Gue melihat rian yang mensmash dengan kencang, ada rasa ngilu terkadang. Sakit tidak sih terkena smashan rian saat seperti ini, wajah rian juga terlihat berapi-api saat melakukan smash tersebut.
"Interval game aja ketat banget skornya 11-10" ucap mitzi. Gue berpegangan dengan mitzi sedari tadi, jujur ini pertandingan pertama rian yang gue saksikan secara serius, biasanya gue lebih suka menonton jojo bertanding.
"Aduh itu servicenya di fault" ucap mitzi.
"Hah?" celetuk gue bingung.
"Itu Nya, servicenya difault artinya point untuk lawan"
"Kok gitu?" Sahut disa kesal.
"iya mungkin service judgenya melihat servicenya rian terlalu tinggi, kan dalam badminton ada syarat rata-rata ketinggian service" jelas mitzi.
"Argh gue emosi" ucap sabilla.
"Sumpah ya itu mukanya pemain malaysia songong-songong abis" lanjutnya lagi.
Gue semakin tegang sekarang, pasalnya sekarang fajri tertinggal cukup jauh sudah point 20-15 gue semakin mengeratkan pegangan tangan gue ke mitzi.
"HUAH KALAH" pekik disa heboh. Gue menunduk setelahnya, melihat kekalah rian dan fajar.
"Rame banget lo dis, liat tuh kasian anya dodol" ucap sabilla.
Gue segera mengambil ponsel gue dan keluar menuju kolam yang ada didepan villa yang kami tempati, lalu duduk dipinggir kolam setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lose One's Heart | Rian Ardianto ✔
Fanfiction(COMPLETE) lose one's heart (n). Sebuah frasa, kiasan dari kata jatuh hati. Menggambarkan perasaan seseorang saat jatuh hati kepada orang lain, bisa datang karena sengaja atau memang takdir yang membawanya. Copyright © Catatania, 2020. A fanfiction...