53

2.3K 180 98
                                    

Saat kita memutuskan memaafkan seseorang, itu bukan persoalan apakah orang itu salah, dan kita benar. Apakah orang itu memang jahat atau aniaya, bukan! Kita memutuskan memaafkan seseorang karena kita berhak atas kedamaian di dalam hati.

Tere liye.

--

2 hari berlalu...

Selama 2 hari terakhir Rian tidak bisa mengunjungi Anya di Rumah Sakit dikarenakan jadwal latihan dan persiapan tournament Daihatsu Indonesia Master yang akan dimulai senin esok.

Alternatifnya Rian dan Anya melakukan videocall. Handphone anya pun sudah berganti baru, berkat rian tentu saja. Nomornya pun baru.

Hari ini Rian sedang melalukan test lapangan sebelum nantinya akan bertanding pada keesokkan harinya.

Rian sudah tiba di Istora senayan sejak 30 menit yang lalu dan sedang melakukan pemanasan, setelahnya mulai melakukan test lapangan.

Mereka berlatih 3 vs 3 seperti biasa, Rian dengan ko Hendra dan Kevin melawan babah Ahsan, Fajar dan koh Sinyo.

"Jom smash jom!" teriak Kevin.

"HAHH" teriak Rian seraya mensmash kearah fajar.

Suara decitan sepatu dan kok yang dipukul pun semakin menambah kesan tersendiri, mereka melakukan latihan tersebut dengan cepat lalu beristirahat setelahnya.

Rian duduk disamping tas raket miliknya dan membuka ponselnya seraya melakukan panggilan video kepada Anya.

Tak lama panggilan diangkat menampilkan wajah anya yang bareface, terlihat dari helai rambut anya yang awut-awutan dan mata anya yang masih belum terbuka sempurna.

Rian tersenyum melihatnya, anya sangat cantik walau dalam kondisi bangun tidur sekalipun.

"Hai sayang" panggil Anya.

"Aku baru bangun, kamu lagi test lapangan ya?"

"Iya sayang, gimana badannya masih nyeri kayak kemarin? Perut kamu udah gak nyeri lagi kan? Hasil testnya gimana baik-baik aja kan sayang?" Tanya Rian panjang lebar, anya yang disebrang menatap rian geli. Pasalnya Rian sangat ekspresif saat bertanya dengan bibir yang bergerak aneh.

"Udah?"

"Alhamdulillah udah gak terlalu sakit kayak kemarin-kemarin tapi masih suka nyeri sedikit kalo aku salah pegang" cengir Anya dari sebrang. Rian menghela nafas lega setelahnya.

Ponsel yang Rian pegang direbut secara paksa oleh Kevin, Rian yang melihatnya menatap Kevin dan Fajar yang sekarang sedang bersapa ria dengan Anya, jengah.

"Kebiasaan banget sih" keluh Rian. Kevin dan Fajar hanya mengangkat bahunya acuh.

"Udah sehat Nya?"

"Udah vin, makasih ya"

"Mau dibawain apa? Nanti aa mau kesana neng"

"MCD boleh?"

"Gaboleh sayang!" Sahut Rian yang mencoba memunculkan wajahnya dilayar namun dicegah oleh Kevin dan Fajar.

"Geseran dikit kek, gue kan mau ngobrol sama pacar gue elah"

"Lah gue mau ngobrol sama adek gue napa lo" sahut Kevin.

"Tau, gue juga mau ngobrol sama neng anya keles jom, jangan lo mulu"

Rian menghela nafas pasrah, terdengar kekehan Anya dari sebrang.

"Nya, makan dulu" terdengar suara Disa dari sebrang.

Lose One's Heart | Rian Ardianto ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang