Gue hari ini bangun lebih awal, gue bangun dari subuh. Walau gue lagi datang bulan tapi gue harus tetap bangunin billa. Dia kalo ga dibangunin bakalan bablas dan ga sholat.
Semalem Rian mengirim pesan menanyakan jam berapa gue akan datang, karna dia gabisa menjemput gue.
Gue emang gaberniat minta jemput dia karna gue tau dia mulai latihan dari pagi, kalau pun rian maksain buat jemput yang ada gue dijemput dari subuh.
Gue membangunkan billa yang tertidur dengan posisi tidak elit, posisi kakinya malah berada diatas bantal dan dia tidur malah tidak memakai alas bantal maupun guling.
Gue iseng moto dia sebelum, bangunin dia.
"Bill, bangun udah subuh. Sholat lo" ucap gue seraya bangkit dari kasur untuk mengikat rambut gue.
Gue melirik kearah jam diatas tv, sekarang pukul set 5. Adzan subuh akan berkumandang sebentar lagi.
billa tidak bangun, hanya mengulet.
"Gue tinggal mandi bentar, kalo lo gabangun pas gue selesai mandi. Gue siram pake air lo" gue berlalu meninggalkan billa dan masuk kekamar mandi untuk bersih bersih.
Billa hanya mengumamkan kata yang tidak jelas dipendengaran gue.
Selesai gue mandi, billa masih berada di tempat tidur dengan posisi yang ga berpindah se inci pun. Gue memcoba membangunkan billa lagi dengan cara sedikit kasar. Gue menggoyang-goyangkan badan billa sekencang mungkin, tapi hasilnya nihil.
"Bill, gila ye. Udah jam 5 lo ga sholat? Dosa woi" teriak gue.
Billa hanya mengulet dan matanya sedikit mengintip.
Karna gue kesel akhirnya gue balik lagi kekamar mandi buat basahin tangan gue dan gue cipratin airnya ke billa.
Dia bangun dan berteriak.
"BANJIR, BANJIR WOI. GUE TENGGELEM"
"Makan tuh banjir, bangun lo. Sholat. Mau jadi kafir lo" gue bergumam serta terkekeh setelahnya. Billa dan segala tingkah absurdnya kadang emang jadi obat buat gue. Sahabat gue ini emang punya keabsurdan yang gabakal gue temuin di teman teman yang lain.
Gue berlalu meninggalkan billa dikamar, saat gue turun. Gue dengar billa berteriak karna kesal dengan cara gue bangunin dia.
Saat gue didapur gue liat bi lasmi lagi membuat minum untuk dirinya sendiri.
Ya dirumah gue emang gapernah terlalu ngatur pekerjanya untuk setiap pagi selalu stand by dan masak. Mami emang nerapin sistem yang menurut gue sangat bagus. Bi lasmi sendiri emang udah ngikut mami dari jaman masih tinggal dirumah nenek gue yang dijogja. Pas gue lahir, bi lasmi ditarik mami untuk kerja sama mami tapi pas umur 3 tahunan baru ikut kerja sama mami.
Jadi bisa dibilang bi lasmi udah ngikut ngurus gue dari kecil sampai umur gue 21 sekarang ini.
"Adek mau ngapain?" Tanya bi lasmi.
"Mau masak nih bi, buat dibawa ke pelatnas. Adek mau nemenin rian latihan"
"Rian tuh yang waktu itu kerumah jemput adek ya?" Gue menanggukkan kepala.
"Mau bi lasmi bantu?"
"Gausah bi, bibi mending sarapan aja. Aku bisa buat sendiri ko" ujar gue.
Kalian mungkin bingung kenapa gue dipanggil adek. itu panggilan dari kecil, papa yang mulai manggil gue adek. Karna gue emang anak satu satunya dikeluarga ini. Dan cucu terakhir serta perempuan satu satunya yang dimiliki nenek gue dari keluarga mama.
Beda lagi kalo dari keluarga papa, gue punya pesaing yaitu amira. Anak dari om gue, om setyo. Om setyo sendiri adalah adiknya papa yang bungsu. Amira umurnya masih sangat kecil yaitu 5 tahun. Dia lahir disaat tante gue udah putus asa untuk punya Anak. tante gue waktu itu di diagnosa akan kesulitan punya anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lose One's Heart | Rian Ardianto ✔
Fanfiction(COMPLETE) lose one's heart (n). Sebuah frasa, kiasan dari kata jatuh hati. Menggambarkan perasaan seseorang saat jatuh hati kepada orang lain, bisa datang karena sengaja atau memang takdir yang membawanya. Copyright © Catatania, 2020. A fanfiction...