26. Who?

21.8K 1.2K 64
                                    

UPDATE!
Kasih tau aku kalau ada typo:v

Happy reading:)

-oOo-

Setelah makan siang Adele dan ibunya Arvin memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar taman belakang. Gadis ini baru menyadari ada taman luas nan sejuk di belakang rumah Arvin.

"Umur kamu berapa Adele?" Kania membuka pembicaraan.

"19 tahun Tante" jawab Adele sambil tersenyum manis.

"Hmm, bagaimana kalau kamu memanggilku bunda saja dan Ayah Arvin kamu bisa memanggilnya dengan sebutan Ayah.. " ujar Kania dengan lembut, ia sengaja mengganti kosakata 'Ibu' menjadi 'Bunda'. Toh gadis ini akan menjadi nyonya Pradipta suatu saat nanti.

Adele tersenyum canggung, ia tidak terbiasa memanggil sebutan itu ke orang tua Arvin. "Iya bun-da akan ku coba" ujarnya terbata.

Kania mengajak Adele untuk duduk di kursi taman. Gadis itu lama-lama menyukai suasana taman ini, sejuk dan damai membuat pikirannya tenang.

"Adele.."

Adele menoleh menatap Bunda Kania,
"Ada apa bunda?" tanya nya lembut.

Kania tertegun merasakan bahwa gadis ini sangatlah anggun dan baik, pantas saja putranya sampai se-posesif itu terhadap gadis ini.

"Menurutmu seperti apa Arvin itu?" pertanyaan Bunda membuat Adele terdiam, justru ia menjawabnya dalam hati.

"Pemaksa, posesif, suka ngatur-ngatur! Tapi dia tampan bunda.."

Adele menghela nafas tidak mungkin ia memberitahukan sifat Arvin yang sebenarnya pada Ibunya sendiri.

"Arvin Baik, tapi kadang pos----" ucapan Adele terpotong oleh suara bunda.

"Posesif? Anak itu memang menuruni sikap Ayahnya." ujar Bunda Kania sambil terkekeh geli.

"Hmm, Ayah Arkan juga seperti itu?" tanya Adele sedikit ingin tahu.

Kania mengangguk, ia pun menceritakan kisah cintanya semasa muda dulu pada kekasih putranya, Adele juga nampak antusias mendengarkan. Menurut gadis itu sifat Arvin memang hampir sama dengan Ayahnya, hanya saja Ayah Arkan tidak pernah melukai fisik bunda Kania, membuat Adele merasa sedih. Ia juga ingin merasakan hal seperti itu, punya kekasih yang tidak pemaksa, yang tidak melukai fisiknya.

"Jujur, Bunda juga tidak menyukai kekerasan jadi mungkin alasan itu lah yang membuat Ayah Arvin tidak pernah melukai fisik Bunda" akhir cerita Bunda, lalu menatap lekat ke arah Adele.

"Jangan tinggalkan Arvin ya sayang, dia mencintaimu.." entahlah Adele menyebutnya cinta atau obsesi, karena laki-laki itu kadang sangat kasar kepadanya.

Luka sayatan di tangan dan kaki nya lah bukti kekejaman Arvin padanya, untung saja ia memakai gaun panjang yang menutupi kedua tangan dan kakinya.

"Adele"

Suara panggilan dari Arvin membuat kedua perempuan itu menoleh. Adele jadi gugup saat Arvin menatapnya dengan lekat, ia jadi berfikir apa ia punya kesalahan. Jantungnya memompa dengan cepat saat ini.

ADELE || Trapped In A ColdmanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang