02- Langit

8.3K 661 28
                                    

Alysa berjalan dengan Tessa disebelahnya. Pulang sekolah kali ini, mereka berdua berencana untuk mengerjakan tugas sekolah bersama.

"Lo udah bilang cowok lo?" Tanya Alysa kepada Tessa.

Dalam kasus percintaan, Tessa lebih beruntung daripada dirinya. Tessa mempunyai kekasih yang sudah hampir 3 tahun bersamanya. Namanya Afkar.

"Udah. Tadi Afkar bilang bakal jemput gue dari rumah lo." Alysa mengangguk mengerti.

Kemudian mereka berdua duduk disebuah bangku halte sambil menunggu angkutan umum yang biasa melintas dan akan membawanua untuk sampai ke rumah Alysa.

Setiap hari Alysa memang menaiki angkutan umum dalam berpergian kemana pun. Bukan karena Papahnya tidak ingin mengantarnya, atau Mamahnya tidak menjemputnya.

Namun, Alysa lebih menyukainya. Bagi gadis itu, dengan berpegian menggunakan angkutan umum, selain memajukan transportasi negara juga dapat belajar tentang arti perjuangan dalam melakukan sesuatu.

Seperti berangkat sekolah, yang harus sabar menunggu sopir angkot menaikan dan menurunkan penumpang  atau bahkan tak jarang berdiam cukup lama demi memenuhi isi bangku penumpang.

"Anak-anak SMA Bhineka mukanya cakep-cakep, ya? Nggak yang cowok, atau cewek. Skincare nya mahal pasti," ujar Tessa sambil melihat beberapa murid SMA Bhineka yang  berada disebuah mobil tak beratap dan melintasinya.

Sebuah mobil yang bisa mereka tebak harganya milyaran. Bukan sebuah mobil bak pengangkut hewan qurban yang sering Alysa lihat. Walau keduanya sama-sama tak beratap.

"Tapi sombong," balas Alysa. Ia jadi mengingat cowok yang tadi pagi sempat ribut dengannya.

"Sombong? Dari mana lo tau? Pernah kenal emang?" Tanya Tessa.

"Ya enggak sih. Anak SMA Bhineka yang gue kenal kan cuma kak Aliya. Tapi, tadi gue ketemu sama cowok pas nge-print makalah, sumpah demi apapun dia sombong banget Tes!" Alysa berucap dengan menggebu-gebu.

"Jangan menyamaratakan suatu kelompok, hanya karena lo ketemu salah satunya. Dan kebetulan yang buruk. Tuh contohnya kak Aliya, dia baik kan?" Alysa mengangguk setuju.

Aliya Chyara Senna adalah kakak kandungnya. Umur mereka berbeda setahun, yang membuat keduanya sangat akrab layaknya sahabat.

Alysa tersenyum mengingat wajah Aliya yang sungguh cantik dan hobi belajar itu. Kakaknya berhasil keterima di SMA Bhineka dengan nilai tinggi. Bahkan saat Alysa tak diterima, Kakaknya lah yang mengenalkannya pada SMA Garuda Pertiwi.

"SMA Garuda Pertiwi butuh kamu, untuk menutup semua mulut jahat orang atas image buruk yang dijatuhkan kepada mereka. Buktikan kalau SMA Garuda Pertiwi berkualitas."

Itu kata-kata yang selalu membangun Alysa setiap ingin lomba dan membawa nama baik sekolahnya.

"Ayo Lys!" Ujar Tessa membuyarkan lamunannya tentang sosok Aliya, kakaknya itu.

Mereka berdua memasuki salah satu angkutan umum, Alysa mengedarkan pandangannya kearah luar jendela, sementara Tessa asik mengirim pesan dengan kekasihnya lewat ponsel genggam.

Mata Alysa memicing kala melihat seorang pengendara motor dibelakang angkot yang ia naiki.

Orang itu mengenakan seragam SMA Bhineka, tidak mengenakan helm dan terlihat kaos hitam sebagai dalamnnya.

"Tes!" Alysa menggoyangkan lengan Tessa agar gadis itu memperhatikannya.

"Apaan?"

"Itu cowok yang gue ceritain!" Tunjuk Alysa.

Angkasa & Alysa [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang