Suara dering nyaring alarm terdengar begitu mengganggu ditelinga Alysa, ia kemudian mematikannya lalu segera menatap jam yang bertengger disana.
Semalam, ia memang berniat ingin ikut Mamahnya berbelanja dipasar. Jika hari minggu, Mamahnya selalu berbelanja disana. Hemat katanya dan bisa sekalian belanja sayuran untuk 1 minggu.
Ia sudah putuskan untuk kembali meminta maaf dan meminta penjelasan Angkasa. Entah mengapa ia merasa harus meluruskan semuanya. Tidak enak rasanya melihat sikap Angkasa yang seperti semalam.
"Mah, mah mau ke pasar?" Tanya Alysa yang sudah rapih , sambil menggulung bajunya hingga lengan.
Laila yang melihat putrinya sudah bangun tidak seperti biasanya segera menatapnya dengan bingung.
"Kamu mau kemana?" Tanyanya.
"Ikut Mamah, sekali-kali." Alysa tersenyum dan kemudian menghampiri Mamahnya yang masih terdiam dan bingung.
"Tumben, biasanya masih ngorok. Kesambet apa nih?" Goda Laila.
"Kesambet setan baik," jawab Alysa asal lalu segera menggandeng Mamahnya dan kemudian ibu dan anak itu berangkat menggunakan sepeda motor matic yang dibelikan Papahnya untuk Mamahnya sebagai kendaraan jika ingin berpergian ke tempat-tempat dekat.
Sesampainya di Pasar, Alysa begitu antusias. Mengantarkan Mamahnya, tertawa jika Mamahnya kesal tak dapat potongan harga atau bahkan tak tahan melihat wajah Mamahnya yang marah kala dirinya digoda bebedapa penjual nakal.
"Heran ,ya mentang-mentang kamu cantik banyak yang godain." Laila menghela nafasnya kesal.
"Anak siapa dulu," balas Alysa yang kemudian dihadiahi tawa oleh Laila. Putrinya memang selalu bisa saja menggodanya.
"Tadi kamu mau beli bahan kue kan?" Tanya Mamahnya memastikan dan dianggukinya.
"Nah ini dia toko nya. Mamah udah langganan disini," ujar Mamahnya saat mereka sudah sampai disebuah toko bahan kue.
Alysa kemudian menyebutkan bahan-bahan apa saja yang ia butuhkan kemudian setelah usai mereka pun langsung kembali untuk pulang.
"Kamu tumben bikin kue mendadak, buat siapa?" Tanya Laila-Mamahnya.
"Buat temen Mah, kita lagi ada masalah. Rasanya Alysa gak pernah bisa kalau marahan sama temen sendiri." Alysa berucap sambil menunduk melihat kaki-kakinya yang melangkah, kembali mengingat kejadian semalam.
Laila mengelus pucuk kepala putrinya dengan sayang.
"Sama Tessa? Tumben," ucapnya.
"Bukan. Alysa kalau berantem sama Tessa kan cuma 30 menit, gak pernah bisa lama. Kita sama-sama lemah untuk saling jauh," jawab Alysa.
Laila kemudian berfikir sejenak, jika bukan Tessa yang dimaksud, siapa?
"Oh 3 temen kamu itu? Siapa? Ateng, Obin dan Virgo? Tumben kalian berantem sampai kayak gini. Biasanya kan berantem-berantem lucu. Atau Afkar?" ucap Laila.
"Bukan mereka juga. Kalau sama tiga makluk setengah jadi sih tiap hari berantem, cuma balik lagi. Sama Afkar juga enggak, soalnya Afkar kan tipe yang selalu mengalah kalau lagi debat sama Alysa."
Laila kemudian kembali bingung, entah siapa yang dimaksud putrinya. Selama ini yang ia tau hanya mereka teman dekat Alysa.
"Terus? Ohh Mamah tau! Cowok yang nolongin kamu itu ,ya?" Tanya Laila dengan tatapan menggoda kepada putrinya.
"Namanya Angkasa Mah. Cowok nyebelin dan galak. Sama dia Alysa selalu kalah debat, dia selalu punya cara buat patahin omongan Alysa. Kita beda sekolah, tapi rasanya Alysa selalu antusias buat ketemu dia." Alysa berucap sambil mengingat kembali masa dimana mereka menghabiskan waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa & Alysa [COMPLETE]
Fiksi RemajaAlysa Cyrathana Shaima, gadis mandiri yang selalu menyukai debat tersebut merasa dunianya berubah. Ketika semua hal yang selalu bisa ia sanggah dengan perdebatan terpatahkan oleh seorang cowok bernama Angkasa yang selalu bisa membuatnya jengah. Sam...