Sebuah cafe di ibu kota terlihat keramaian yang di dominasi oleh pemuda dan pemudi walau dihari biasa.
Terdengar pula musik romantis khas budak cinta anak jaman sekarang sebagai latar disana.
Terlihat dua orang yang bukan pasangan tengah berbicara dengan serius. Sang cowok menghisap rokok dengan begitu nikmat, sementara sang gadis tengah memperhatikan kuku-kukunya yang dipoles berwarna-warni.
Diantara mereka tidak ada yang berbicara lagi, setelah sang gadis mengungkapkan tujuannya untuk bertemu.
"Jadi, lo mau ngajakin gue kerja sama? Untungnya untuk gue?" Tanya sang cowok, lada akhirnya. Karena tidak nyaman dengan keheningan yang ada.
"Lo bisa dapetin dia, gue cuma butuh dia untuk kasih pelajaran aja." Penjelasan sang gadis pun diangguki paham oleh si cowok.
"Tapi, gue nggak mau lo main kasar sama Alysa. Ngerti?" Tanya sang cowok.
"Yaelah santai kali Di, kayak baru kenal gue aja."
Cowok itu memang Abdi. Tadi sepulang sekolah, ia diajak oleh Leta. Teman disekolah lamanya untuk bertemu. Dan nyatanya gadis itu ingin mengajak kerja sama dalam menculik Alysa.
"Untung buat lo apa nyulik Alysa?" Tanya Abdi penasaran sambil menghembuskan asap rokoknya ke udara.
"Gue cuma mau ngasih tau ke dia supaya jauhin Angkasa. Ya, lo tau lah gue udah ngejar-ngejar Angkasa dari lama. Dan dia? Baru beberapa kali ketemu tapi udah ganjen deketin Angkasa." Jelas Leta. Ia masih kesal soal kejadian siang tadi. Yang jelas, baginya Alysa harus mendapatkan balasan yang sepadan dengan rasa malunya.
"Ganjen? Alysa? Nggak usah ngarang! Angkasa yang terus deketin Alysa. Gue nggak tau kenapa cowok itu berbuat kayak gitu, tapi yang jelas karena hadirnya Angkasa, gue jadi banyak masalah sama Alysa."
"Gue heran deh sama lo dan Angkasa, kenapa bisa deketin cewek bar-bar kayak siapa tadi namanya tuh? Al-Alysa?"tanya Leta dan diangguki Abdi.
"Alysa itu mandiri, lucu dan cantik dengan gayanya. Nggak perlu ke salon kayak lo," balas Abdi.
"Hello! Gue lebih cantik dari dia," ujar Leta tak terima.
"Nyatanya Angkasa nggak pernah lirik lo sama sekali. Bukan karena lo nggak cantik. Tapi, karena ada sesuatu yang salah dalam diri lo. Seharusnya lo sadar, bukan bersikap maju tak gentar. Perbaiki dulu, intropeksi, baru dikejar," jelas Abdi.
Leta kemudian memutar bola matanya malas.
"Nggak usah ajarin gue kalau lo aja masih belum bisa dapetin cewek itu," jawab Leta dan dibalas tawa oleh Abdi.
Abdi tertawa mendengarnya, Leta tetaplah Leta yang selalu menginginkan apapun dan harus mendapatkannya.
--
"Lo mau nyuruh gue masak tapi bahan makanan dirumah lo aja cuma tinggal 1 butir telur, garam dan gula. Nggak usah ngelawak! Lo bukan comedian," ucap Alysa dengan kesal sambil menatap Angkasa.
Angkasa yang dimarahi hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Tadi, sepulang sekolah Alysa memang dihadang oleh Angkasa dan sahabatnya. Mereka memintanya untuk membuatkan makan. Alasannya pun tidak jelas, katanya karena kucing Saka berulang tahun jadi harus dirayakan.
Awalnya Alysa menolak tapi karena mengingat bentuk permintaan maafnya sebab tidak hadir menonton pertandingan, ia pun akhirnya mau.
Dan ia mengajak Tessa, sebab tak ingin beberapa orang salah paham karena dia pergi bersama tiga cowok dan ia cewek sendirian.
Untungnya Tessa mau, sebab afkar tidak bisa mengantarkannya karena ada kegiatan organisasi.
"Gue jarang makan disini, dan gue nggak biasa belanja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa & Alysa [COMPLETE]
Teen FictionAlysa Cyrathana Shaima, gadis mandiri yang selalu menyukai debat tersebut merasa dunianya berubah. Ketika semua hal yang selalu bisa ia sanggah dengan perdebatan terpatahkan oleh seorang cowok bernama Angkasa yang selalu bisa membuatnya jengah. Sam...