Harum kopi menyapa indera penciuman, suara jari-jari yang menari diatas keyboard terdengar saling bersahutan.
Angkasa dan Alysa memilih tempat didekat jendela dengan pemandangan yang langsung tertuju pada hamparan jalan yang ramai khas ibu kota.
Disana bukan hanya mereka pelanggan yang masih mengenakan baju seragam.
Tadi, keduanya sepakat untuk mampir ke sebuah coffee shop yang dekat dari sana. Hanya untuk sekedar berbincang sembari menikmati secangkir kopi atau coklat panas.
Udara panas bahkan tak membuat keduanya merasa risih memilih minuman hangat itu.
"Kenapa lo nggak cerita punya saudara kembar?" Tanya Alysa dengan raut wajah penasaran.
Angkasa meletakan cangkir kopinya setelah meneguk beberapa.
"Untuk apa?" Tanyanya kembali.
"Ya, biar gue tau."
"Sekarang udah tau kan?" Tanya Angkasa, yang hanya dibalas tatapan sebal oleh Alysa.
"Jujur, bener kata Tessa. Langit lebih dari lo." Alysa berucap dengan sengaja untuk memancing Angkasa. Ingin tau apakah cowok itu akan marah padanya atau tidak.
"Kalau gitu, kenapa kemarin minta gue untuk bertahan? Dan bilang kalau lo maunya gue." Tanya Angkasa.
"Oke-oke gue kalah. Kenapa sih ketika sama lo, gue selalu aja kalah." Alysa yang kesal meneguk coklat panasnya perlahan.
Angkasa tersenyum kecil dan kemudian menatap Alysa dengan begitu dalam.
"Lo mau jadi pacar gue?" Pertanyaan blak-blak an Angkasa berhasil membuat Alysa tersedak.
"Uhuk..uhuk!"
"Oke kalau nggak mau," sambung Angkasa lagi.
Alysa yang telah berhasil menetralkan dirinya kemudian menatap Angkasa dengan bingung.
"Kalau ada kontes buat orang meninggal dengan cepat. Gue yakin lo pemenangnya." Alysa berujar dengan kesal karena Angkasa telah membuatnya tersedak.
"Lo nembak atau apa sih? Belum dijawab udah nyerah duluan. Payah!"
Alysa menatap wajah Angkasa yang tanpa ekspresi. Seperti sedang berfikir sesuatu.
"Maaf. Gue nggak jago soal perasaan."
Alysa tertawa kemudian menangkup kedua pipi Angkasa dengan gemas. Lalu tersenyum dengan lebar.
"Kepada saudara Angkasa Elvan Narendra, saya atas nama Alysa mengatakan bahwa menginginkan juga untuk menjadi pacar saudara." Lugas Alysa.
Angkasa menurunkan kedua tangan Alysa dipipinya lalu tersenyum dengan sangat bahagia.
Beginilah rasanya bagaimana mencintai seseorang dan mendapatkan balasan. Semua terasa sangat luar biasa. Bahkan saat dinyatakan tidak remedial matematika pun rasanya melampaui saat itu.
"Gue boleh tanya? Kenapa kemarin lo rela pergi demi Langit bahagia?" Tanya Alysa dengan penasaran.
Angkasa menatap Alysa dengan hangat. Dalam hatinya ia memantapkan diri untuk menceritakan semua yang telah terjadi.
"Dulu Langit punya pacar. Gadis berani , kuat dan pinter. Berkat dia Langit berubah menjadi cowok yang sangat luar biasa bahagia. Tapi, ada satu kejadian dimana Langit kehilangan gadis itu. Dia pergi selamanya dari dunia. Dan bahkan Langit nggak tau dimana peristirahatan terkahir dia. Setelah itu, Langit terpuruk. Bahkan gue jarang liat dia bahagia. Tapi, saat lo datang dia kembali seperti Langit yang dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa & Alysa [COMPLETE]
Fiksi RemajaAlysa Cyrathana Shaima, gadis mandiri yang selalu menyukai debat tersebut merasa dunianya berubah. Ketika semua hal yang selalu bisa ia sanggah dengan perdebatan terpatahkan oleh seorang cowok bernama Angkasa yang selalu bisa membuatnya jengah. Sam...