Udara dingin yang menusuk kulit, membuat Alysa menarik selimutnya sampai dibawah dagu. Entah mengapa hari libur kali ini gadis itu merasa sangat malas dalam melakukan apapun. Mungkin karena sedang masa datang bulan juga, membuat moodnya sedari kemarin tidak enak.
"Selamat Pagi tuan putri," ucap Mamahnya sambil membuka tirai yang menutup jendela. Membuat cahaya yang minim karena cuaca diluar sedikit mendung menerobos masuk penglihatan Alysa.
Alysa yang tidurnya terganggu segera menarik selimutnya sampai menutupi seluruh badannya. Membuat Jia tersenyum melihat nya.
"Ayo ah bangun sayang. Kita harus pergi ke rumah tante kamu karena ada arisan." Ingat Jia kepada putrinya membuat Alysa menghela nafasnya.
"Alysa nggak ikut deh Mah. Lagi dateng bulan perutnya sakit banget, males kemana-mana." Alysa berucap yang diangguki oleh Jia.
"Sakit banget? Apa Mamah sama Papah nggak perlu kesana?" Tanyanya.
"Mamah sama Papah berangkat aja. Alysa nggak apa-apa." Alysa menekankan supaya kedua orang tuanya tidak mengkhawatirkannya.
Jia kemudian pergi meninggalkan putrinya yang masih memilih bergelut diatas kasur. Lalu, gadis itu menatap ponselnya yang berada dinakas. Diambilnya benda pipih itu dan melihat banyak sekali notifikasi masuk. Terutama dari Angkasa yang menanyakan kabarnya dan mengajaknya untuk jalan hari ini.
Gadis itu lalu membalasnya bahwa ia baik-baik saja dan tidak bisa kemana-mana karena sakit diperutnya.
Beruntung baginya Angkasa tipe cowok yang pengertian dan tidak banyak protes.
--
Alysa menatap layar televisi didepannya yang menayangkan sebuah serial pembunuhan yang akhir-akhir ini cukup ramai dibicarakan disosial media karena alur yang sangat bagus. Dan Alysa mengakui itu."Ya allah tiba-tiba pengen kiko," ujar Alysa sambil menelan ludahnya.
Gadis itu lalu bangkit dan berganti baju untuk keluar membeli sebuah kiko. Alysa memang tipe gadis yang jika menginginkan sesuatu akan terus mengejarnya supaya terwujud. Terutama soal makanan.
Ia berjalan dengan riang menyusuri jalan, sampai akhirnya saat melewati taman gadis itu menatap seseorang yang sangat familiar dimatanya.
Seseorang yang beberapa hari ini selalu dicarinya. Yang berhasil membuatnya khawatir setiap waktu.
"Abdi?" Ujar Alysa. Ia lalu berlari dan kemudian menatap cowok itu yang tengah menunduk dengan masih memakai pakaian sekolahnya.
Entah sudah berapa lama cowok itu tidak berganti baju. Atau, tidak pulang kerumah.
"Abdi!" Panggil Alysa lagi yang membuat cowok itu mendongkak. Terkejut dengan kehadiran Alysa.
"Lo ngapain disini? Dari jam berapa? Baju lo basah, nggak pulang? Kemana aja?" Tanya Alysa dengan wajah khawatirnya.
Sungguh, sepeninggal kakaknya Alysa jauh berubah menjadi seseorang yang protektif terhadap orang-orang disekitarnya.
Abdi kemudian memeluk Alysa yang masih berdiri sedangkan cowok itu tetap duduk. Menumpahkan air mata diperut rata Alysa. Membuat Alysa terkejut dan kemudian memberikan waktu untuk cowok itu agar menumpahkan semuanya.
Bahkan Alysa membelai kepala Abdi. Menenangkannya seolah-olah semua masalah pasti ada jalan keluarnya.
"Lys..." suara Abdi bergetar.
"Tumpahin semua dulu Di, baru cerita. Gue tunggu sampai lo tenang."
Butuh kurang lebih 5 menit cowok itu menangis dan tenang sampai akhirnya ia melepas pelukannya dipinggang Alysa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa & Alysa [COMPLETE]
Teen FictionAlysa Cyrathana Shaima, gadis mandiri yang selalu menyukai debat tersebut merasa dunianya berubah. Ketika semua hal yang selalu bisa ia sanggah dengan perdebatan terpatahkan oleh seorang cowok bernama Angkasa yang selalu bisa membuatnya jengah. Sam...