Abdi memperhatikan gerak gerik gadis yang sangat ia cintai. Mungkin kata bodoh dan buta pantas disandangnya.
Karena, sudah jelas gadis itu menolaknya namun rasa cintanya semakin besar untuk dia.
"Lo yakin mau lakuin hal itu sama Alysa?" Tanya Bayu, temannya.
Ya, gadis itu Alysa. Gadis yang sudah 2 tahun terakhir ini menjadi hal utama ia berangkat ke sekolah. Gadis yang membuatnya berubah menjadi seorang yang, pemaksa?
"Yakin, gue bakal kejar terus apa yang gue mau," ucapnya dengan penuh yakin sambil tersenyum.
Bayu hanya mengangguk mengikuti kemauan Abdi. Ia tidak ingin menolak dan berakhir menjadi target samsak Abdi.
Sudah banyak orang yang menolak diajak berbuat kejahatan dengan Abdi yang berakhir di rumah sakit. Dan ia tidak ingin menjadi salah satunya.
Dari sekian banyak teman, entah mengapa Abdi lebih percaya kepada Bayu yang tidak akan mengkhianatinya. Lebih tepatnya, cowok itu terlalu takut untuk membuka atau membongkar semuanya.
"Kapan lo mau lakuin?" Tanya Bayu.
"Nanti, pas Alysa jam olahraga." Bayu mengangguk atas jawaban Abdi.
Disisi lain, Alysa dengan santainya berjalan memasuki ruang kelas.
Hari ini ia ada pelajaran PKN. Salah satu pelajaran favoritenya. Apalagi jika membahas politik. Entah mengapa ia suka sekali dengan topik itu. Walau beberapa orang lebih mengatakan atau setuju bahwa politik itu jahat. Tapi, tidak bagi Alysa. Politik itu lebih ke ranah luas dan melebar. Jika kamu mengulik salah satu, kamu bisa menemukan sampai ke Z.
"Tumben lo dateng tepat waktu," ujar Tessa.
"Duh Tes, lo setiap gue dateng tepat waktu selalu diheranin. Emang kayak se luar biasah gitu, ya." Alysa menatap Tessa sambil menunggu jawaban dari gadis itu.
"Ya iya. Kan lo udah langganan telat. Itu dibuku bu Puji, siapa anak paling sering telat, lo nomor satu dengan jumlah terbanyak."
"Sialan lo." Alysa mencubit pipi Tessa sebagai balasan atas ucapannya.
Bel masuk sudah terdengar, setelah itu disusul suara seorang guru piket mulai yang mengumukan bahwa jam pertama akan segera dimulai. Namun sebelum itu, diharapkan melakukan jadwal wajib pagi disekolah mereka. Seperti berdoa.
20 menit kemudian doa selesai, salah satu teman sekelasnya yang juga ketua kelas maju kedepan kelas dengan wajah tengilnya.
Entah mengapa dari banyaknya anak cowok dikelas mereka, Virgo lah yang dipilih sebagai ketua kelas. Padahal Virgo jauh dari kata anak baik. Kegiatannya tiap hari tidur saat jam sejarah. Katanya, sejarah itu seperti dongeng pengantar tidur, nggak ada akhlak memang.
Tapi, cowok itu pandai jika pelajaran akuntansi. Menurut Alysa karena Virgo mata duitan. Life is about cuan.
"Perhatian semuanya!!" Teriak Virgo sambil duduk diatas meja guru. Jangan heran, karena yang seperti itu biasa terjadi.
"Dih minta diperhatiin. Emang doi kurang perhatian?" Ledek Alysa membuat semuanya tertawa. Virgo yang menjadi objek bahan tawaan hanya bisa memandang Alysa dengan malas. Selalu seperti ini jika berbicara dengan teman-temannya.
"Yhaaaaa doi? Emang Virgo punya," sahut Ateng. Dia adalah teman ter-absurd. Tiap hari kerjaannya malakin bekel makan orang. Katanya sih, kalau ada temen yang masih ngasih kenapa harus beli makan? Dia ini salah satu anak yang paling susah dimintain uang kas, kata Tessa. Karena Tessa adalah bendahara kelas.
"Kaco banget Go, Ateng yang bilang , ya bukan gue." Alysa mengompori.
"Lo berdua sama aja!" Ucap Virgo.
"Serius nih gue. Jadi, kalian habis ini ganti baju olahraga ditoilet. Jangan dikelas. Terutama yang cewek. Lo nggak mau kan di intipin manusia setengah lumba-lumba kayak mereka-mereka?" Virgo berucap sambil menunjuk teman-teman cowok dikelasnya yang berwajah nakal.
"Lo ketua manusia lumba-lumbanya. Paling lo yang komandoin," sahut Alysa.
"Lys sekali lagi lo bocorin semuanya, gue jegat lo pulang sekolah. Gue iket dipohon jambu." Ancam Virgo.
Disekolahnya memang ada sebuah pohon jambu didekat parkiran. Pohon yang besar dan sangat adem jika berada didekatnya. Tapi, konon katanya beberapa alumni pohon itu sangat menyeramkan. Beberapa orang pernah melihat penampakan. Tapi, Alysa tidak takut.
"Jangan! Nanti Alysa debat sama penunggunya," ucap Obin dan membuat semuanya tertawa.
Obin Salah satu teman sekelasnya yang masuk jajaran anak bermasalah dan sering mengganggu dikelas.
Alysa pernah jadi korbannya, saat itu sepatunya hilang pas ditinggal ke lab. Disekolahnya memang ada peraturan jika ke lab tidak boleh memakai sepatu.
Alysa mencari hingga pusing. Dan ternyata sama Obin ditaruh dibolongan ventilasi kelas.
"Udah-udah! Gue itung sampai 3 kalian bubar!" Perintah Virgo.
Benar saja, dihitungan ketiga semua berhambur keluar kelas. Begitupun Alysa dan Tessa. Sejujurnya jam olahraga adalah jam yang tidak disukainya.
"Duh males banget gue," keluh Alysa.
"Belum juga olaharaga udah males aja lo," balas Tessa sambil mengikat tali sepatunya.
Saat ini mereka sudah berganti baju dan berada dilapangan. Beberapa temannya sudah mulai pemanasan dengan berlari memutari lapangan. Tapi, Alysa dan Tessa memilih duduk dan menunggu guru mereka datang.
"Ayo Lys! Lembek banget lu kayak ubur-ubur!" Teriak Ateng.
"Berisik lo teng! Genteng!" Balas Alysa.
"Anak muda itu harus semangat!" Teriak Virgo
"Gue orang tua bukan anak muda!" Balas Alysa lagi dengan malas.
Tessa hanya menggelengkan kepala melihat Alysa.
--
Jam olahraga pun berakhir, Alysa memilih langsung berganti baju. Berbeda dengan Tessa yang ingin makan bersama Afkar dahulu."Lo beneran nggak mau ikut gue sama Afkar?" Tanya Tessa memastikan.
"Nggak Tes. Gue nggak mau ganggu kalian pacaran. Gue gerah juga," balas Alysa.
"Serius?" Tessa memastikan.
Ia merasa ada sesuatu yang mengganjal ketika Alysa jauh darinya. Entah ini hanya fikirannya yang terlalu jauh atau instingnya kuat.
"Serius Tes, udah sana." Usir Alysa.
Tessa lalu pergi meninggalkan kelas. Menyisakan Alysa sendirian karena semua teman-temannya sedang berganti baju atau bahkan ada yang masih dilapangan.
Alysa berjalan sendirian dengan totebag dipelukannya yang berisi baju ganti.
Saat ingin belok masuk ke toilet perempuan, ada seseorang yang membekap mulutnya lalu membawanya.
Disisi lain, Tessa merasa ada sesuatu yang tidak beres. Hatinya gelisah.
"Kamu kenapa?" Tanya Afkar pada kekasihnya
"Aku nggak tau, gelisah banget. Kayak ada sesuatu yang terjadi sama Alysa."
"Alysa? Dia dimana?" Tanya Afkar.
"Ganti baju. Tadi, aku ajak kesini dia nggak mau."
Afkar berfikir sejenak. Sebetulnya ia juga takut jika Alysa akan diapa-apakan oleh Abdi. Ia sudah janji pada Angkasa untuk melindungi gadis itu.
"Kamu makan dulu, nanti sakit. Abis itu kita cari Alysa." Afkar berusaha menenangkan.
Sementara Alysa, berusaha melihat ke sekitarnya. Semua terlihat berdebu dan gelap. Tangan dan kakinya di ikat. Mulutnya pun ditutup sebuah kain.
Air matanya keluar, ia takut. Bayang-bayang menakutkan pun menghantuinya.
Ia bukan takut hantu, hanya saja takut jika orang yang membawanya sampai melakukan hal jahat, atau yang lebih parahnya sampai membunuh. Karena, ia masih punya banyak mimpi dan dosa.
Tbc..
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa & Alysa [COMPLETE]
Fiksi RemajaAlysa Cyrathana Shaima, gadis mandiri yang selalu menyukai debat tersebut merasa dunianya berubah. Ketika semua hal yang selalu bisa ia sanggah dengan perdebatan terpatahkan oleh seorang cowok bernama Angkasa yang selalu bisa membuatnya jengah. Sam...