39- Pasukan Lumba²

4.6K 457 90
                                    

"Jadi, intinya Langit sudah memberikan jalan untuk kalian berdua?" Tanya Tessa memastikan setelah mendengar cerita Alysa perihal pertemuannya dan Langit kemarin hari.

Tessa menepuk tangannya dengan takjub.

"Ngapain lo tepuk tangan? Ada yang ulang tahun emang?" Tanya Alysa dengan asal karena bingung melihat tingkah sahabatnya.

"Bukan gitu, tapi salut aja sama sikap Langit. Melepaskan itu kan bukan perkara mudah. Hmm, memang bener yah Langit itu jelas berbeda dengan Angkasa. Kenapa sih hati lo nggak milih Langit aja? Jelas-jelas itu cowok bener-bener baik," ucap Tessa.

Alysa yang mendengar itu kemudian memberikan gadis itu tepukan didahinya.

"Cinta itu nggak bisa diatur untuk siapa," jawabnya.

"Tapi boleh meminta kepada-Nya agar bisa dengan seseorang yang kita pinta. Namanya usaha , kan?"

Alysa menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan yang dikatakan Tessa.

"Terus sekarang gimana?" Tanya Tessa yang tidak dimengerti Alysa.

"Gimana apanya?" Tanya Alysa sambil berdiri dan maju kedepan kelasnya untuk mencoret-coret papan tulis putih dengan spidol hitam.

Menggoreskan berbagai hal disana. Dari sebuah kalimat penghinaan terhadap beberapa temannya, sampai sebuah gambar abstrak.

Tessa maju kedepan, mengikuti Alysa dan berdiri dibelakang gadis itu.

"Hubungan lo sama Angkasa."

Alysa mengangguk-anggukan kepala. Ia juga bingung, bagaimana kelanjutan kisahnya dan Angkasa nanti?

"Jangan bilang dia masih nggak bergerak maju," tebak Tessa.

"Menyatakan perasaan kan nggak semudah membalikan telapak tangan. Gue yakin, dia lagi mikirin jalan yang terbaik. Untuk saat ini, gue lebih baik menunggu, iya kan? Masa gue yang nyatain duluan."

Tessa menganggukan kepalanya setuju. Tapi, bukankah tidak ada salahnya jika memulai duluan?

"Tapi, ini kan jamannya emansipasi wanita, kenapa nggak lo duluan aja?" Usul Tessa.

Alysa berbalik, menatap sahabatnya itu dengan tatapan yang tidak percaya.

"Bukan gue banget," jawab Alysa asal.

Tepat saat itu juga , tiga orang yang saat ini sedang Alysa hina dipapan tulis pun memasuki kelas. Sudah bisa ditebak, ketiganya habis memalak adik kelas dikantin. Seperti kegiatan yang sering mereka lakukan ketika istirahat.

"Virgo jarang mandi, pacarnya segudang hasil pelet mbah mirjo." Ateng mengeja salah satu tulisan yang Alysa buat dipapan tulis dengan font sangat besar.

"Ateng anak Bunda, yang masih suka pakai kolor naruto bolong ditengah." Obin membaca tulisan yang lainnya.

"Obin sok kuat padahal jiwanya sad boi." Virgo menyahut dengan membaca tulisan yang lainnya.

Tessa sudah menggelengkan kepalanya saat menyaksikan itu. Beberapa teman sekelas mereka memilih tertawa atau memotretnya untuk disebarkan di sosial media sebagai konten yang jika sudah lulus nanti bisa menjadi bahan pengingat dan obat rindu.

Alysa menatap ketiga cowok itu sambil bersidekap dada dan bersadar didekat papan tulis. Oh iya jangan lupakan alisnya yang dinaik turunkan dan senyum tanpa dosanya.

"Alysa.." Virgo membuka suaranya menyebut nama Alysa dengan penuh ancaman.

"Cyrathana.." disusul Obin dengan tak kalah menyeramkan

Angkasa & Alysa [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang