26- Peduli

4.8K 498 73
                                    

Alysa memandang langit-langit rumah sakit dengan bosan. Ini hari keduanya dirumah sakit. Ia rindu bersekolah. Walau suntuk mendengarkan guru menerangkan.

Memang benar kata orang, kita akan rindu ketika berjauhan.

Kedua orang tuanya sedang pergi ke kantor polisi mengurus kasus penculikannya, dan ia sendirian.

"Lo liatin terus juga nggak akan runtuh tuh atap," ujar seseorang yang berhasil membuat Alysa menoleh ke arah pintu.

Terlihat Angkasa yang sedang bersandar dengan seragam sekolahnya yang nampak lumayan rapih darinya.

"Kayak setan lo, nggak ada suaranya." Angkasa kemudian berjalan menghampiri Alysa yang sedang terbaring.

Saat ini memang sudah jam pulang sekolah, dan entahlah Angkasa rasanya ingin sekali menuju rumah sakit dan bertemu Alysa. Entah untuk mendengar segala ocehannya atau berdebat.

"Buat lo. kata temen-temen lo, lo suka sama ini." Angkasa memberikan sekantung plastik hitam yang entah isinya apa.

Ia kemudian memicing curiga menatap Angkasa, lalu perlahan mengambil plastik tersebut dan membukanya.

"Aaaa!! Cipager!!!" Teriak Alysa dengan riang. Gadis itu lalu membuka bungkusan makanan kesukaannya itu dan melahapnya dengan nikmat.

Angkasa menatapnya dengan tidak percaya. Sesederhana itu membuat Alysa bahagia. Hanya dengan sebuah cilok berbumbu kacang dengan banyak micin dan bubuk pedas. Entah dimana sisi nikmatnya.

"Lo mau?" Tawar Alysa.

"Gak makasih. Nggak sehat dan nggak nikmat makanan kayak gitu," balas Angkasa.

"Nih , ya gue kasih tau sama lo. Mau apapun yang dimakan, urusan sehat dan sakit itu udah ditentuin sama yang diatas. Bisa aja lo yang selalu 'makan sehat' lebih cepet mati. Sedangkan gue  yang selalu 'makan gak sehat' bisa hidup lebih lama." Alysa membalas dengan wajah puas.

"Itu karena lo banyak dosa. Tuhan pengen lo hidup lebih lama karena dia mau kasih lo kesempatan untuk tobat."

Alysa memandang sebal ke arah Angkasa. Cowok itu memang menyebalkan.

"Enak aja. Gue ini cewek yang rajin ibadah, rajin menabung dan menolong sesama."

"Ibadah itu nggak perlu diumbar," sahut Angkasa.

"Wajib diumbar ke lo!"

Angkasa kemudian diam. Jika diteruskan mungkin tidak akan ada ujungnya berdebat dengan Alysa.

"Kok abis cilok gue? Lo makan , ya!" Tuduh Alysa pada Angkasa ketika cilok digenggamannya sudah habis tak tersisa.

"Pindah ke perut lo!" Balas Angkasa.

Alysa lalu memegang perutnya kemudian tersadar bahwa telah memakan semuanya.

"Lo belinya kurang banyak," ucap Alysa sambil memandang Angkasa yang tengah menyiapkan makan untuknya.

"Udah dikasih malah nambah," balasnya.

"Nggak ada salahnya saling berbagi." Alysa membela diri.

"Namanya bukan berbagi, tapi malakin."

Angkasa berjalan kembali untuk duduk dikursi dekat ranjang Alysa lalu mulai menyendokan makan kemulut gadis itu.

Alysa yang merasa bingung kemudian menatap Angkasa dengan tanda tanya.

"Mangap!"

"Yang sakit itu bukan tangan gue. Jadi, gue masih bisa makan sendiri. Makasih bapak Angkasa."

Angkasa & Alysa [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang