Alysa terus saja menatap kotak musik pemberian Langit yang begitu indah. Dengan patung dua pasangan didalamnya, diiringi lantunan musik menenangkan.
"Alysa, mamah sama papah pulang sebentar, ambil baju kamu."
Alysa mengangguk kemudian mencium kedua pipi orang tuanya.
Selama dirumah sakit, Alysa memang lebih sering sendirian. Selain Papahnya harus bekerja, Mamahnya pun juga sibuk dengan kasusnya yang syukur hari ini sudah selesai.
"Allahu akbar!" Alysa terlonjak kaget kala suara pintu ruangamnya terbuka begitu saja.
Sosok cowok yang akhir-akhir ini selalu muncul dalam fikirannya masuk dan duduk disebelahnya.
"Lo tau nggak sih? Lo itu kayak setan!" Ucap Alysa dengan kesal.
"Sereman muka lo," balasnya dengan tak kalah kesal.
"Yee sembarangan, gw gatak lu pake kotak musik," ancam Alysa.
Cowok itu kemudian mengalihkan pandangannya pada sebuah kotak musik yang berada di genggaman Alysa.
"Dari siapa?"
"Dari seseorang, romantis ,ya?" Ucap Alysa sambil membelai kotak musik tersebut.
"Biasa aja."
Balasan cowok tersebut membuat Alysa sebal. Cowok itu memang selalu saja membuatnya emosi.
"Yee ngeselin. Oiya gue juga dikasih bunga. Tuh, cantik banget kan?" Tanya Alysa sambil menunjuk bunga mawar pemberian Langit diatas nakas samping ranjangnya.
Angkasa beralih menatap se-bucket bunga mawar tersebut. Kemudian kembali menatap Alysa yang tersenyum bahagia.
"Ck! Dikasih kembang aja bangga. Noh dikuburan banyak," sahut Angkasa.
Alysa yang mendapat lontarakan komentar tak menyenangkan dari Angkasa segera menatap tajam cowok itu.
"Kembang-kembang. Bunga!" Koreksi Alysa.
"Sama aja," balas Angkasa.
"Dia romantis banget , Sa. Baru kali ini gue dikasih bunga," ucap Alysa dengan senyum sambil mengingat wajah Langit.
"Lebay," balas Angkasa.
Alysa lalu menatap cowok itu dan segera memukulnya.
"Ngeselin lo." Komentarnya.
Angkasa yang kesal kemudian segera mengajak Alysa untuk keluar berjalan-jalan. Hanya ditaman rumah sakit. Namun, cowok itu rasa hal itu cukup untuk membuat Alysa tidak bosan karena terlalu lama diruangannya.
"Lo yakin nggak mau pakai kursi roda?" Tanya Angkasa memastikan.
"Ck! Gue bisa jalan!" Balas Alysa.
Angkasa lalu mengangguk menurut sambil membantu Alysa membawa tiang infus yang menyambung ditangannya.
Sore ini suasana taman nampak ramai. Maklum saja banyak pasien yang selalu memilih keluar kamar karena stress didalam ruangan yang hanya didominasi warna putih.
Alysa sempat berfikir jika ia membangun rumah sakit, semua tembok akan ia gambar mural supaya para pasien tidak bosan. Ya, setidaknya ada hiburan dengan menghitung berapa banyak domba ditembok.
"Udaranya seger banget," komentar Alysa.
"Duduk Lys," perintah Angkasa dan dituruti gadis itu.
Mereka berdua sama-sama menikmati suasana taman. Melihat beberapa pasien anak-anak yang bermain kupu-kupu sambil disuapi. Atau seorang lansia yang termenung memikirkan kemana anak-anak mereka. Atau bahkan beberapa perawat yang mulai mengingatkan pasien supaya masuk karena terlalu lama di taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa & Alysa [COMPLETE]
Genç KurguAlysa Cyrathana Shaima, gadis mandiri yang selalu menyukai debat tersebut merasa dunianya berubah. Ketika semua hal yang selalu bisa ia sanggah dengan perdebatan terpatahkan oleh seorang cowok bernama Angkasa yang selalu bisa membuatnya jengah. Sam...