Angkasa menatap malas ke arah backpack yang sudah berhasil ia bereskan. Yang berisi beberapa pakaian nya untuk liburan selama beberapa hari kedepan.
Dia memang pribadi yang menyukai hal sederhana. Dalam berpegian pun sering kali jarang membawa sebuah koper kecuali pergi ke luar negeri.
Ia izin tidak masuk sekolah selama 2 hari dan akan pergi liburan bersama keluarganya. Lebih tepatnya, ini keinginan Mamahnya. Alasannya karena memang ingin menghabiskan waktu bersama.
"Angkasa, ayo!" Ucap Mamahnya membuat Angkasa bangkit sambil membawa backpacknya.
"Kamu tuh kebiasaan bawa tas ini terus," ujar Mamahnya yang hanya dibalas oleh Angkasa dengan mengakat bahunya.
Ibu dan anak itu turun untuk menghampiri anggota keluarganya yang lain. Dibawah sudah ada Papahnya dan Langit.
"Ayo berangkat! Bi Vivi, Pak Jo, tolong jaga rumah , ya." Jia mengingatkan. Kemudian mereka ber-4 pergi meninggalkan rumah agar tidak ketinggalan pesawat.
Liburan kali ini memang tidak direncanakan, terpikirkan dengan tiba-tiba dan dilaksanakan dihari produktif.
"Nanti disana, jangan ada yang main handphone , ya." Jia mengingatkan.
Ditradisi dan kebiasaan keluarganya memang jika sedang menghabiskan waktu bersama dilarang menggunakan ponsel. Alasannya memang supaya lebih menikmati kebersamaan saja.
"Iya Mah," balas Langit dan Awan-Papahnya secara bersamaan.
"Angkasa denger nggak?!" Tanya Jia.
"Iya," balas Angkasa dengan malas.
--
Yogyakarta, destinasi liburannya kali ini menuju kota itu. Dulu, Mamahnya sempat berkuliah disana. Dan sebetulnya Langit mempunyai keinginan yang sama untuk berkuliah ditempat Mamahnya dulu, tapi rasanya impiannya mungkin akan jadi angan-angan saja. Mengingat kondisinya saat ini.Berbeda dari Angkasa yang memiliki jiwa bebas. Ia bahkan tidak tau ingin berkuliah dimana, semua ia serahkan kepada orang tuanya. Ia akan menurut, karena akan percuma rasanya jika ia sudah memilih namun tetap tak mendapat restu.
Hal itu beberapa kali terjadi. Pertama, waktu memasuki sekolah dasar, Angkasa menolak satu sekolah dengan Langit namun kedua orang tuanya tidak setuju. Dan kedua saat memasuki sekolah menengah pertama, Angkasa ingin masuk sekolah negeri dengan alasan cangkupan pertemanannya luas dari beberapa kalangan, namun tetap ditolak kedua orang tuanya.
Pada akhirnya, Angkasa lebih memilih menurut.
"Angkasa, Langit nih kunci kamar kalian. Mamah sama Papah disebelah , ya." Jia berucap sambil memberikan sebuah kunci kamar untuk kedua putranya.
Angkasa lalu membantu Langit untuk memasuki kamar penginapan mereka untuk beberapa hari kedepan.
Angkasa lalu merebahkan tubuhnya diatas single bad dekat jendela. Dia memang akan tidur berpisah kasur dengan Langit, mengingat ada 2 buah single bad disana.
Sedangkan Langit memilih menuju balkon untuk menghirup udara sejuk kota Yogyakarta.
"Gue masih bisa nggak , ya kuliah ditempat Mamah?" Tanya Langit membuka suara.
Angkasa kemudian bangkit lalu menatap saudara kembarnya itu yang tengah melihat hamparan keindahan kota.
"Bisa, kalau ada kemauan. Semua ada jalannya."
"Sa! Gue udah nemu hati yang baru," ucap Langit dengan tiba-tiba.
Angkasa kemudian menaikan sebelah alisnya bingung. Ia ikut senang jika Langit sudah bisa melupakan masa lalunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa & Alysa [COMPLETE]
Ficção AdolescenteAlysa Cyrathana Shaima, gadis mandiri yang selalu menyukai debat tersebut merasa dunianya berubah. Ketika semua hal yang selalu bisa ia sanggah dengan perdebatan terpatahkan oleh seorang cowok bernama Angkasa yang selalu bisa membuatnya jengah. Sam...