Ten

7.8K 529 140
                                    

Happy Reading🖤

Yang baik hati jangan lupa VOTE dan follow akun aku yak🙂

JANGAN LUPA FOLLOW AKUNKU DULU BIAR BISA DAPET NOTIP UPDATE YA😇

----------------------

Apakah aku salah memperjuangkan dirimu? Atau kamu yang memang tak pernah peka terhadap rasa itu?

-------------------------

Cahaya mentari pagi berhasil menembus ke korden transparan kamar milik Sasa. Lexa pun bangun, ia duduk di atas ranjang. Dan jika kalian bingung mengapa ada Lexa di rumah Sasa itu karena Sasa lah yang menyuruh agar tidur di rumahnya saja, karena sudah malam. Awalnya Lexa menolak karena ia tahu pasti mamanya akan mengomel, tapi ya sudahlah, ia sudah terbiasa terkena imbasnya. Setelah satu menit berhasil mengumpulkan nyawa, gadis itu bangkit dari ranjang namun sialnya ia merasa kepalanya sangat pusing. Tangan Lexa menggebrak ke lemari agar tubuhnya tidak oleng.

Sasa yang kaget dengan suara itupun seketika menoleh kearah Lexa. "Astaga Lexaa, lo kenapa?!" pekik Sasa lalu turun dari ranjang dan segera membantu Lexa.

Tangan Sasa terulur memegang dahi Lexa, dan matanya mendelik seketika, "Anjir dong panas! Sekarang lo tiduran aja okey, gue bantu." Sasa memapah Lexa lalu membiarkan gadis barbar itu tidur kembali di ranjangnya. Ketika Sasa akan pergi, namun tangannya dicekal oleh Lexa.

"Gue nggak papa Sa, sans aja. Gue cuman pusing aja karena semalam phobia gue kambuh," ujar Lexa membuat Sasa mengerutkan keningnya heran.

"Phobia? Lo phobia apa?"

Sasa bertanya itu karena setelah dirinya balik dari market bersama Jupiter, rumahnya sudah dalam keadaan terang, dan Lexa pun terlihat biasa saja, ya karena sudah mendingan. Jadi Sasa tidak tahu apa yang sebelumnya terjadi.

"Kemarin matlis dan__"

"PASTI GALEXTER NGGAK JAGAIN LO?! BENER KAN?!" Sasa langsung paham dengan maksud phobia yang dimiliki Lexa, kegelapan.

Lexa menggeleng agar Sasa tidak salah paham, "Dia jagain gue lah, sans aja, gue kan punya jurus, haha." Sebenarnya kemarin saat Galexter sudah menghidupkan senter ponsel, bisa saja Lexa membuka matanya, tapi ia tak mau karena ia juga bisa sekalian mengambil kesempatan dalam kesempitan kan.

"Wah parah si, lo pasti melebih-lebihkan phobia lo. Dan gue suka itu, yaudah bentar gue mau keluar," kata Sasa.

"Eh mau ngapain?!" teriak Lexa.

Sasa yang sudah sampai di ujung pintu pun menoleh kearah Lexa, "Ck, ya panggil abang-abang gue lah! Ortu gue masih di lurkot, nggak papa kan?" tanya Sasa.

Lexa menghela napasnya, "Jangan panggil abang-abang lo, lo cukup bikinin gue teh anget aja, itu manjur buat gue."

Sasa mengernyitkan keningnya heran, "Nggak! Pokoknya gue mau manggil Jupiter Galexter kesini! Bye Lexa! Tapi teh angetnya juga tetep dateng kok!" Sasa berlari keluar kamar, bahkan gadis itu tidak cuci muka dulu, ah tapi kan Sasa cantik jadi meskipun belum cuci muka tetap saja masih enak untuk di lihat.

Lexa menghembuskan napasnya kasar, sebenernya ia ingin sekali menemui Galexter, tapi ia urungkan niatnya karena sekarang tidak mungkin baginya untuk bertemu Galexter, pasti cowok itu sedang bersiap-siap untuk sekolah.

GALEXTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang