Twenty Five

5.8K 462 130
                                    

Ekhem pertama-tama aku mau bilang maaf sebesar-besarnya buat kalian ya, soalnya udah ngegantungin cerita ini hampir sebulan. Fyi, aku nggak update bukan tanpa alasan, melainkan karena aku lagi istirahatin pikiran dulu (aku masih pelajar SMA)

Ide juga buntu hubu, tapi sekarang enggak kok. Ini semua berkat kalian😆 Makasi ya udah mau setia baca ceritaku💚

Jadi sekali lagi maaf ya:) aku udah kembali kok, dan di chapter ini agak panjang karena aku nulisnya lebih dari 2500 kata☺

------------------------------------

Segitu aja ngobrolnya, btw kenalin pacar haluku ya:) Na Jaemin💚 btw Nana kemarin pas tanggal 13 Agustus ultah loh, yang baru tahu boleh minta doanya nggak? Doain Nana ya, doain yang baik-baik hehe. Lop u!💚

Happy Reading teman-teman💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading teman-teman💚

Jangan lupa putar lagu mulmed di atas ya
To My Youth -Bolbbalgan4

Lagunya memiliki lirik yang dalam☺

-------------------------------

Satu minggu berlalu, semua keadaan telah berubah. Lexa, gadis itu menjadi agak lebih pendiam sekarang. Ketiga sahabatnya sudah berusaha membuat Lexa kembali ceria, namun hasilnya nihil, yang ada Lexa malah semakin menjadi sosok yang pendiam.

Gadis itu sebenarnya juga menyadari bahwa setelah peristiwa yang terjadi satu minggu lalu itu, sekarang ia menjadi lebih suka menyendiri. Entahlah, Lexa merasa sangat letih akhir-akhir ini. Ngomong-ngomong soal Galexter, cowok itu baru diperbolehkan pulang dari Rumah Sakit 2 hari yang lalu. Akan tetapi sampai hari ini cowok itu belum masuk sekolah. Dan Galexter juga tidak tahu apa yang selama ini terjadi di lingkungan sekolah, termasuk kejadian 1 minggu yang lalu.

Lexa tidak memperbolehkan siapapun untuk memberitahu masalah itu ke Galexter. Ah entahlah, ia hanya tidak mau mengungkit masalah itu kembali.

Kini gadis itu sedang berjalan menuju sebuah pemakaman umum. Berjalan dengan langkah kecil, dan memandang sekitar dengan tatapan sendunya. Sedetik kemudian gadis itu tersenyum, rasanya tenang sekali ketika berada di tempat seperti ini. Gadis itu terus melangkah hingga sampai di tempat yang ia tuju.

"Hai Papah, Lexa dateng...." kata gadis itu lalu memberhentikan jalannya lalu berjongkok di samping makam ayahnya. Tangan gadis itu terulur menyentuh gundukan tanah.

Gadis itu menatap batu nisan yang bertuliskan nama Ayahnya, sesaat ia tersenyum, senyuman yang sangat teduh. Namun setelahnya, air mata gadis itu berhasil meluncur. Gadis itu menangis dalam diam, tak bersuara, hanya ada suara angin yang berpacu dengan kicauan burung. Tangisan seorang putri kecil yang merindukan sosok pahlawannya.

GALEXTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang