Twenty One

7.4K 559 316
                                    

Hai balik lagi nih ama Cece Padila🌻
Don't call me author please, call me Cece/Padila, okay!
---------------------------------------------------
Jangan lupa buat follow akun wp ku ya!❤

Jangan lupa juga buat VOTE dan COMMENT sebanyak-banyaknya. Karena dengan itu Padila bakalan semangat buat nulis dan up lebih cepet☺
----------------------------------------------------

Happy Reading💛

SIDERS? JOMBLO SEUMUR IDUP😭

🌼🌼🌼🌼

2 hari kemudian....

Lexa memasuki ruangan bernuansa putih itu. Pandangannya tertuju pada sosok lelaki yang biasanya bersikap kasar dan judes kepadanya kini terbaring lemah diatas brankar. Yaps, genap sudah 2 hari Galexter berada diruangan ini. Dan dengan setia Lexa terus menemaninya sebelum berangkat dan sesudah sekolah.

Galexter dinyatakan koma, cowok itu masih belum mau membuka matanya. Lexa tak tahu pasti apa yang menyebabkan Galexter separah ini, apakah ada sosok dalang dibalik lemahnya Galexter sekarang?

Lexa duduk di kursi samping brankar. Tangannya tergerak mengelus punggung tangan cowok itu. Matanya masih menatap lekat ke wajah cowok itu. "Gal, marahin aku Gal, jangan kayak gini, Lexa nggak suka." Perlahan air mata itu turun kembali. Lexa tak bisa membendungnya, sekuat apapun ia menahannya pasti akan gagal juga.

"Gal, kamu nggak lupa kan kalau hari perlombaan musik itu sebentar lagi. Kita bakalan disana, kita bakalan nyanyi bareng, dan aku yakin kita pasti bakalan menang...." Lexa terisak, mulutnya terasa kelu. Ia takut, sangat takut, tapi kata Galexter jadi cewek itu nggak boleh lemah, nggak boleh cengeng. Nanti malah Galexter makin benci sama Lexa.

"Ayo Gal bangun, kita latihan lagi...Lexa janji, Lexa bakalan nurut sama Galexter, Lexa nggak akan jail sama Galexter. Bangun Gal, please.... " Lexa mengusap air mata dipipinya yang kian meluruh jatuh.

Sejenak, Lexa merenung. Apakah semua ini karenanya? Ia kembali menatap Galexter. Dan sedetik kemudian, ia bernyanyi dengan nada yang lirih dan suara parau sendunya.

Aku mencintaimu tanpa syarat
Aku rela menunggu sangat lama
Katamu suatu saat aku pasti
Jadi cintamu, satu cintamu

Aku ingin kau menerima seluruh hatiku
Aku ingin kau mengerti, di jiwaku hanya kamu
Namun bila kau tak bisa menerima aku
Lebih baik ku hidup tanpa cinta...

Lexa menyudahi nyanyiannya, ia lemah. Ia lemah jika melihat orang yang selama ini ia perjuangan menjadi orang yang sangat pendiam yang melebihi sosok pendiam. Kalian semua paham maksud perkataan Lexa kan? Kuharap kalian paham.

"Lexa, ayo pulang." Seseorang masuk kedalam ruangan itu. Namun Lexa seperti tak peduli, gadis itu masih setia menatap wajah Galexter.

"Lexa....." Panggil seseorang itu sekali lagi.

Dan Lexa menggelengkan kepalanya, "Gue mau disini aja," jawabnya tanpa menatap lawan bicaranya.

"Lo daritadi belum makan Sa. Besok lo masih sekolah, gue nggak mau lo sakit," ucap Virgo. Namun Lexa tetap menggeleng. Lexa masih ingin disini, menemani Galexter.

Virgo yang notabenenya sebagai sepupu cewek itu hanya menghela napasnya. "Galexter nggak suka liat lo kayak gini. Lo tau sendiri kan kalau Galexter nggak suka cewek yang lemah," ujar Virgo. Seketika gadis itu menoleh. Sorot matanya menandakan rasa sedih dan takut yang bercampur menjadi satu.

GALEXTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang