Eleven

7.5K 541 91
                                    

Yang baik hati jangan lupa follow akun wp ku yak! Makasi❤

Selamat membaca!
————————————

Galexter duduk di bangku depan rumahnya, ia memandang jam yang melingkar sempurna di pergelangan tangannya. Sudah 15 menit ia menunggu seorang gadis ceroboh yang katanya hanya membutuhkan waktu 5 menit buat siap-siap. Padahal kenyataannya sangat jungkir balik.

"Ck, lama-lama gue menjamur disini," umpat Galexter kesal, ini yang sangat tidak di sukai, yaitu menunggu gadis yang bersiap-siap. Padahal pacar juga bukan.

Suara pintu terbuka mengalihkan pikiran Galexter, cowok itu menatap sang gadis dengan wajah datarnya. Gadis itu mungkin tak tahu kalau Galexter sangat kesal sekarang ini.

"Ck, lama. Kabur ke negeri mana lo?" tanya Galexter membuat sang gadis yang sedang menutup pintu itu mengernyitkan keningnya heran.

"Hah? Maksudnya apa sih? Kok aku nggak ngerti ya Gal?" tanya Lexa dengan polosnya. Ah iya Galexter melupakan sifat polos dan kebegoan haqiqi yang dimiliki oleh gadis itu.

Galexter berdecak, lalu tanpa sepatah kata pun cowok itu memilih berjalan mendahului Lexa. Ia berjalan kearah mobil ferarri miliknya, mobil yang tepatnya baru saja di beli seminggu yang lalu, pemberian dari ayahnya. Untung saja ayahnya bukan tipe orang yang pelit.

Galexter sudah berada di samping mobil, ketika hendak masuk ia memandang Lexa.

"Lo nggak jadi ikut nih?" tanya Galexter dengan alis yang terangkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo nggak jadi ikut nih?" tanya Galexter dengan alis yang terangkat. Setelahnya cowok itu masuk ke dalam mobilnya.

Lexa mendelik, huh, sepertinya gadis itu melalun sedari tadi, "Ih ikut dong!!!" teriak Lexa lalu berlari kearah mobil. Lexa masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Galexter.

Galexter menggelengkan kepalanya, lalu saat hendak menjalankan mobilnya, ia merasa ada yang aneh, ah iya Lexa menjadi pendiam sekarang. Mungkinkan efek sakit?

"Tumben nggak pecicilan," cibir Galexter sebelum benar-benar menjalankan mobilnya pergi dari luasnya halaman rumah.

Lexa menoleh kearah Galexter, "Ah nggak enak kalau pecicilan di mobil, enakan di motor," racau Lexa. Galexter mengernyit mendengarnya. Cewek itu aneh, dan banyak maunya, sama seperti Lexa kali ini. Tapi Galexter juga bingung, ketika semua cewek mengingingkan naik mobil mewah seperti ini, tapi kenapa Lexa tidak? Lexa malah sepertinya lebih mengingkan naik motor.

"Disuruh Jupiter, lagian juga enakan naik mobil," jawab Galexter lalu sesegera mungkin menjalankan laju mobilnya keluar dari rumah megahnya.

Lexa menggeleng, "No! Enakan naik motor, bisa liat pemandangan alam sepuasnya, kalau mobil kan terbatas, terus kalau naik motor kan juga bisa modus sama kamu hehe," Lexa tertawa kecil.

Galexter mendengus, "Itu si maunya lo."

Lexa tertawa kecil, sejenak ia menunduk karena ia lega pagi ini, meski faktanya adalah kepalanya masih merasakan pusing, tapi jika untuk pergi dengan Galexter, Lexa rasa ini keputusan yang baik untuk mengurangi rasa pusing di kepalanya.

GALEXTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang