Fourteen

7.4K 540 139
                                    

Yang baik hati jangan lupa follow akun wp ku dan terus aktif vote dan comment ya!

-Edit: Pas kalian baca cerita ini, kalian bisa putar vid mulmed diatas, dan lupa comment ditiap paragraf ya biar aku updatenya lebih cepet hehe, kayak sekarang. Kan kemarin banyak tuh yang comment-
Lebih baik kalau kalian dengerin salah satu lagu di bawah ini pas lagi baca biar feelnya lebih ngena.

-Selalu Ada (Hanin Dhiya)
-Yang Terbaik (Hanin Dhiya)
-Suatu saat nanti (Hanin Dhiya)
-Cinta Sampai Disini (cover Chintya Gabriella)
-Risalah hati

Happy reading!❤

Galexter mengendarai mobilnya dengan perasaan kalang kabut. Bodohnya, ia kini merasa cemas terhadap gadis itu. Cowok itu sadar, kalau dia telah membuat gadis itu menangis dan hancur karena perkataannya. Ayahnya mengajarkannya, bahwa menjadi cowok itu harus bertanggung jawab. Dan kini Galexter akan membuktikannya.

Setelah sampai di depan rumah gadis itu, Galexter mengernyit heran, mengapa ada dua ajudan Orion disini. Ya, Galexter mengenal mereka. Tanpa pikir panjang, cowok itu turun dari mobil dan berjalan kearah dua pria bertubuh atletis itu.

"Kalian ngapain disini?" tanya Galexter, kedua ajudan itu menoleh kearahnya.

"Kami diperintahkan oleh tuan Orion untuk menjaga rumah ini sampai kamu datang," kata salah satu diantaranya. Galexter mengernyit heran, mengapa harus dirinya.

"Kenapa harus saya?" tanya Galexter.

"Maaf nak, kami tidak tahu tentang hal itu, intinya kami akan pergi jika kau sudah datang," ujar satunya lagi.

Galexter menghela napasnya, "Oke, kalian boleh pergi sekarang."

Kedua ajudan itu mengangguk lalu segera berjalan kearah motornya dan menungganginya. Setelah menatap Galexter, mereka segera pergi. Galexter menatap kedua ajudan Orion yang semakin lama semakin menjauh tak terlihat.

Kemudian cowok itu menatap rumah Lexa. Sepertinya tidak ada ibu gadis itu di rumah. Tanpa pikir panjang, cowok itu segera berlari menuju ke pintu utama rumah Lexa. Saat mengetuk pintu, Galexter menyadari kalau pintu rumah tak terkunci. Dengan segera Galexter masuk ke dalam rumah secara diam-diam. Tujuannya kesini, juga sekadar untuk melihat kondisi Lexa. Apakah gadis itu baik-baik saja atau tidak. Karena jika baik-baik saja, ia bisa langsung pergi ke rumah sakit menemani kembarannya itu.

"Lexaaa, lo dimana?" panggil Galexter ketika berada di ruang tamu. Tak ada jawaban, pikiran Galexter jadi menyalang ke kamar gadis itu. Mungkinkan, Lexa ada di kamarnya?

Karena tidak mau membuang waktu, cowok itu memutuskan untuk berjalan menaiki tangga. Saat sudah berada di lantai atas, ia menatap salah satu pintu yang bertuliskan, kamar Lexa. Saat hendak membuka pintu, ternyata pintu sudah di buka dari dalam.

Galexter kaget, tentu saja. Lexa benar-benar keterlaluan. Anehnya, Lexa hanya menyumbulkan kepalanya dari dalam pintu.

"Ngapain kamu kesini Gal?" tanya Lexa, gadis itu masih tetap berada di posisinya. Hanya memperlihatkan kepalanya saja.

Galexter melihat wajah gadis itu terlihat sangat pucat, apakah Lexa menangis?

"Keluar," titah Galexter yang tak menjawab perkataan lawan bicaranya. Cowok itu bermaksud agar Lexa berdiri dengan posisi yang benar dan keluar dari dalam kamar.

Lexa menggeleng-gelengkan kepalanya, "Enggak mau, di luar dingin," jawab Lexa yang sebenarnya hanya alibi saja.

Lihat, betapa kuatnya Lexa. Gadis itu tetap menjawab pertanyaan Galexter. Gadis itu seperti tak pernah mengingat bagaimana Galexter membentaknya. Hal itu malah membuat Galexter semakin merasa dendam, mengapa Lexa tidak memarahinya?

GALEXTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang