Thirteen

7.5K 534 312
                                    

Jangan lupa masukin cerita ini ke reading list kalian yak!
Oh ya, yang baik hati jangan lupa follow akun wpku dan vomen ya!
—————————————————
Happy reading❤

Fyi, diakhiran kalian bisa dengerin mulmed diatas:)

Galexter hanya bergeming saat Lexa terus berbicara. Pembicaraan yang di bahas Lexa sangatlah random. Bahkan, Lexa sempat menceritakan kesedihannya saat kucing tetangganya mati. Gadis itu benar-henar hebat, bisa bercerita panjang lebar tanpa di jawab oleh lawan bicaranya.

"Gal, laper, pengen minum," ujar Lexa di tengah-tengah pembahasan randomnya.

"Dimana-mana laper itu pengen makan," balas Galexter.

Lexa mengernyit, ah benar juga ya, tapi ia pengennya minum, berarti di bilang apa dong? Ah bodoamat, bilang laper aja.

"Tapi aku pengennya minum, gimana dong?" tanya Lexa lalu menghembuskan napasnya memainkan poni rambutnya.

Galexter menghela napasnya, tanpa di sangka cowok itu memberhentikan mobilnya di depan Starbucks Coffee. Lexa mengernyit heran, mengapa jadi berhenti disini? Saat Galexter hendak membuka pintu, Lexa menarik tangan cowok itu agar tidak jadi membukanya.

"Jangan keluar," titah Lexa. Galexter menarik tangannya. Lexa pun membenarkan posisinya kembali.

"Lo gimana sih? Katanya pengen minum," ujar Galexter lalu berdecak sebal.

Lexa menggeleng, "Tapi nggak disini."

Galexter mengernyit, tumben sekali masih ada cewek yang menolak ketika di ajak ke sini. "Banyak permintaan, heran."

Lexa terkekeh melihat raut wajah Galexter yang terlihat tampan ketika berkata heran, "Disini mahal," kata Lexa.

Galexter menghela napasnya, dan seketika ia ingat, Lexa ini tidak di perbolehkan minum es dulu, "Kita makan aja," kata Galexter membuat Lexa menoleh kearah cowok itu dengan tatapan bingung.

"Kan aku mau—"

"Bisa nggak lo cukup jawab iya?"

Lexa mengerucutkan bibirnya kesal, huh, Galexter memang labil. "Iya-iya." Lexa cemberut.

"Ngambekan," cibir Galexter.

Lexa mendelik, tuh kan, Galexter emang ngeselin abis. "Bakso ya Gal? Please ya?"

-------------------

Setelah menghabiskan waktu 15 menit berada di warung bakso, kini kedua remaja itu memasuki mobilnya. Katanya sih tadi cuman pengen minum, tapi akhirnya Lexa makan juga kan. Bakso memang menggoda.

Setelah berada di mobil, Lexa dan Galexter memakai sabuk pengamannya masing-masing. Sesaat Galexter merasakan hawa dan pikiran yang tidak enak saat ia masuk ke dalam mobil, ia tak tahu apa yang ia rasakan, dan dengan segera ia menepis jauh-jauh pikiran yang mengganggunya itu.

"Baksonya enak kan Gal?" tanya Lexa antusias, ia ingin mendengar bagaimana tanggapan Galexter saat memakan bakso langganan Lexa. Mobil mereka belum melaju, mungkin menunggu jalan sepi untuk menyeberang.

"Biasa aja," jawabnya cuek.

Lexa tau, sebenarnya Galexter itu hanya berbohong. Bakso pilihan Lexa itu tidak pernah salah, semua yang dipilihnya pasti enak.

Drtt drtt

Panggilan ponsel Galexter berbunyi, ternyata dari Sasa. Tumben sekali anak itu menelponnya.

GALEXTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang