Twenty Six

5.2K 462 120
                                    

HI!💚
Maafin ya baru sempet up:")

HI!💚Maafin ya baru sempet up:")

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading 💚🐰

1 hari kemudian

Lexa sedang duduk di atas kursi, dan tangannya menopang ke atas meja belajar. Gadis itu termenung memikirkan perasaannya. Mulai dari rasa senang hingga rasa sedih. Kemarin malam, ia pulang bersama Virgo dari rumah Galexter. Ketika berada di sana, ia tidak melihat Jupiter. Dimana cowok itu? Mengapa sampai saat ini Jupiter tidak menemuinya? Apakah cowok itu marah kepadanya? Tapi marah karena apa?

Dan ngomong-ngomong soal Galexter, akhir-akhir ini Lexa mendapat perhatian dari Galexter. Galexter juga menyuruh Lexa agar tidak usah ikut berangkat sekolah besok. Alasannya satu, Galexter tidak mau Lexa terlalu letih. Saat mendengar alasan itu, Lexa sangat bahagia. Persetan dengan bagaimana perasaan Galexter untuk Lexa, intinya Galexter perhatian kepadanya itu sudah membuatnya sangat dan sangat bahagia. Tetapi Lexa tetap mau bersekolah.

Namun di sisi lain Lexa terus memikirkan Mamanya yang tidak ada di rumah sekarang. Kemana mamanya pergi? Apakah mamanya sudah makan?

Matahari sudah lama terbenam, tergantikan dengan terangnya cahaya rembulan. Lexa jadi semakin khawatir dengan keadaan Mamanya di luar sana. Oh tidak, jangan bilang Mamanya tidak akan pulang.

Gadis itu cemas, dan ketika cemas pasti ia akan mengusapkan kedua tangannya. Saat itu juga Lexa merasakan tangannya kasar akibat luka yang ia pahat sendiri. Tangan kanan Lexa terulur mengusap bekas luka yang ada di tangan kirinya itu. Matanya menatap lekat. Luka yang ia lukis itu adalah sebagai bukti bahwa sebenarnya ia menderita, ia sakit dan ia lemah. Luka itu sudah kering, namun masih terasa sakitnya sampai sekarang.

Dan pada saat itu juga, Lexa mendengar suara seseorang. Sontak pikiran Lexa langsung tertuju pada sosok Mamanya. Gadis itu segera bangkit dari duduknya dan berjalan dengan langkah cepat untuk turun ke bawah.

Gadis itu berjalan menuruni tangga, tepat saat itu juga sesosok wanita paruh baya muncul dari pintu utama. Wanita itu sangat berantakan, rambutnya acak-acakan dan matanya terlihat letih. Lexa menebak, Mamanya mabuk.

Hatinya merasa sangat teriris melihat Mamanya seperti itu. Tanpa pikir panjang, Lexa segera berjalan mendekat untuk membantu Mamanya untuk berjalan ke kamar. Namun Mamanya lebih dulu memundurkan langkahnya.

"Tidak-tidak! Jangan sentuh saya...saya masih bisa sendiri!" bentak Mamanya dengan keadaan setengah sadar. Lexa yang melihat hal itu langsung menggelengkan kepalanya.

"Maa...satu kali ini aja ijinin Lexa buat megang tangan Mam——"

"Jangan pernah sentuh saya!" bentakan Mamanya itu berhasil membuat Lexa terdiam. Gadis itu menatap Mamanya dengan tatapan sendunya.

Setelah itu mamanya langsung berjalan dengan sempoyongan. Ingin sekali Lexa memeluk Mamanya. Ingin sekali Lexa menghapus air mata Mamanya. Ingin sekali Lexa merasakan kehangatan sentuhan dari mamanya. Lexa ingin semua itu.

GALEXTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang