Fifteen

7.9K 580 179
                                    

Yang baik hati jangan lupa follow akun wp aku dan vomen ya!🐼

Perhatian, untuk menambahkan kesan feel yang berasa ketika membaca part ini, akan lebih baik jika kalian memutar lagu dengan judul 'Surrender'. Seperti vid mulmed diatas ya!
---------------------------------
Oh ya aku mau nanya, di jawab yak, pertanyaannya yaitu, apasih yang ngebuat kalian mau baca cerita GALEXTER?
-------------------------

Satu minggu kemudian

Di kediaman rumah Lexa, gadis itu bangun dan melihat jam di dinding sudah menunjukan pukul setengah 5 pagi. Lantas, ia beranjak bangun untuk shalat dan mandi. Setelah melakukan kedua hal itu, barulah Lexa memakai seragam berwarna putih abu-abunya. Untung saja hari ini memakai jas untuk upacara, jadi ia langsung menyambar jas dan memakainya, selepas upacara Lexa akan memakai sweater saja mungkin untuk menutupi lengannya. Yap, semalam ia kembali melakukan aksi gilanya.

Lexa mengamati penampilannya di depan cermin, mengoles wajahnya dengan bedak bayi dan liptint untuk bibirnya yang terlihat pucat. Sederhana namun cantik. Dengan segera ia mengambil sweaternya dari lemari dan memasukannya ke dalam tas.

Setelah dirasa lengkap, Lexa keluar dari kamarnya, berniat berpamitan dengan mamanya. Tenang, Lexa sudah makan saat malam, jadi meskipun paginya tidak makan gadis itu tetap kuat.

"Mama..." panggil Lexa di depan pintu kamar mamanya.

"Langsung berangkat saja!" balas mamanya yang sudah paham maksud kedatangan Lexa. Pasti gadis itu ingin berpamitan. Lexa menghela napasnya lalu tersenyum getir.

"Yaudah Lexa pamit ya ma. Assalamualaikum," kata Lexa lalu melangkah pergi dari depan pintu kamar mamanya dan berjalan keluar rumah.

Andai saja ada Jupiter, pasti cowok itu akan datang kesini menjemputnya. Lexa menghela napasnya, ia tak bisa seperti ini. Lexa harus mandiri.

"Naik motor aja kali ya?" tanya Lexa berpikir sendiri. Sebenarnya dibagasinya ada motor vespa. Dan di dalam tasnya pun sudah ada kunci motor itu.

Karena tidak mau membuang waktu, ia segera melangkah pergi ke bagasi dan mengambil motornya. Bensinnya masih full, mungkin karen belum di gunakan dari kemarin. Lexa tersenyum sumringah lalu segera menunggangi motornya itu dan memsasukan kunci ke badan motor, mesin motor menyala. Setelah itu, Lexa segera pergi dari halaman rumahnya.

Namun belum sempat keluar gang, Lexa di kagetkan dengan sesuatu.

"Aaaa!!!!" teriak anak itu seraya menutup wajahnya menggunakan tangan mungilnya.

Lexa refleks mengerem, napas Lexa seketika berderu lebih keras. Untung saja, anak itu tidak tertabrak. Sontak Lexa turun dari motor dan mendekat kearah anak perempuan berseragam merah putih itu.

"Kamu nggak papa kan de?" tanya Lexa, tangan gadis itu berada di bahu sang anak. Perlahan anak itu menurunkan tangannya dari wajahnya lalu menatap Lexa.

"E-enggak papa kak," ujar anak itu gemetaran.

Lexa celingak-celinguk mencoba menyari orang tua anak ini. Siapa tau anak ini lari dari orang tuanya, "Syukurlah, oh ya dimana ayah ibu kamu? Kenapa kamu sendirian?" tanya Lexa.

"Ayah sama ibu enggak di rumah," jawab anak itu.

Lexa bungkam, gadis itu memilih diam ketimbang menanggapi perkataan sang bocah. Lexa tak ingin bertanya lebih jauh, ia tak boleh kepo tentang permasalahan orang lain, "Dimana sekolahmu?" tanya Lexa.

"Sd Citra Bangsa kak," balas anak itu.

Lexa menganga, sekolah sd itu jaraknya lebih jauh dari sini, dan tentu saja lebih jauh dari SMAnya. Lalu bagaimana bisa seorang anak kecil dibiarkan berangkat sekolah sendiri?

GALEXTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang