{15} dilema

91 11 0
                                    

karel yang mendengar pernyataan dari dena membulatkan matanya. karel tak menyangka bahwa dena akan mengungkapkan seperti ini. 

karel mengatur nafasnya terlebih dahulu, lalu ia menatap tajam mata dena.

"den, gue emang sayang sama lo, tapi sekarang gue uda punya tifa." jawab karel menjelaskan.

"yaudah si rel, lo tinggal putusin dia terus lo sama gue, gue juga jomblo sekarang." jelas dena dengan santainya.

"hah???? lo gila den? gak segampang itu gue ninggalin seorang tifa." jelas karel sedikit emosi. "udahlah gue pulang dulu." lanjut karel dan beranjak meninggalkan dena.

dena hanya diam melihat kepergian karel. setelah karel pergi, dena mencak mencak seperti orang gila.

lihat aja lo tif, gue akan merebut kembali si karel! <batin dena.

-----------------------------------------------------------

"makasih ya vin lo udah mau nganterin gue." ucap tifa kepada orvin.

"iya tif, santai aja kalik, kayak sama siapa aja." balas orvin disertai senyuman.

"masuk dulu yuk." ajak tifa sambil membuka pagarnya.

"okey." balas orvin

lalu orvin dan tifa pun memasuki rumah yang hanya ada pembantu tifa. orvin duduk disalah satu kursi ruang tamu tifa. 

sedangkan tifa mengambilkan air minum untuk orvin. orvin berfikir bahwa suatu saat nanti, ia akan berpacaran dengan tifa. 

"hei, ngelamun aja." perkataan tifa membuat lamunan karel buyar.

"hehe, engga tif, oh iya btw gue heran sama karel, gue masih gak rela aja kalau lo pacaran sama karel." jelas orvin.

"gue gak tau vin harus gimana, jujur semenjak gue sama karel, gue sering nangis tiba tiba, karena perbuatan dena." jelas tifa sambil menggigit bibirnya.

"tenang aja tif, masalah dena ngebully, gue yang tanganin, dena emang licik kok. gue juga ganyangka dia kaya gitu." balas orvin sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

"bukan itu vin, tapi gue sakit hati sendiri kalo ngelihat dena kayak tadi didepan gue." seketika tifa menundukkan kepalanya.

"putusin lah tif, kesel gue lama-lama, lo tuh terlalu baik buat dia, lo pantes dapet yang lebih baik dari dia!" ucap orvin sedikit emosi.

tifa tidak bisa berkata apa-apa lagi karena memang ia sangat mencintai karel, tapi perkataan orvin juga ada benarnya. 

tifa sangat sangat bingung harus bertindak seperti apa, sedangkan mereka pacaran sudah hampir 5 bulan, jadi bentar lagi adalah liburan semester.

"menurut lo, karel sayang gak sih sama gue?" tanya tifa tiba tiba.

orvin menghembuskan nafasnya kencang.

"gini ya tif, iya memang karel sayang sama lo, tapi disisi lain dia juga punya perasaan yang sama ke dena. dan gue rasa lo hanya pelampiasan." jelas orvin membesar besarkan masalah wkwk.

"jadi? gue harus putusin dia?" tanya tifa sangat polos.

"gue sebagai sahabat lo, gatrima lo digituin sama lelaki bangsat!" jelas orvin sambil memicingkan matanya.

"aaaaa gabisa vinn, guee sayang sama karellll huaaa."  rengek tifa keppada orvin.

"hassss serah lo deh tif, capek gue nasehatin lo terus. PERCUMA." bentak orvin dan dengan nada penekanan dalam kata percuman.

tifa hanya mengerucutkan bibirnya, tifa bingunggg, disisi lain sahabat-sahabatnya tidak ada yang mendukung tifa dengan karel, tapi disisi lain tifa tak bisa melepaskan karel begitu saja. 

me or her? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang