{59} sebuah pengorbanan

49 10 0
                                    

"tante kesini ngapain?" orvin masih bertanya-tanya sebelum mengungkapkan semuanya.

"om bara sakit nak, jadi harus dirawat inap untuk sementara waktu." jelas adel membuat orvin mengangguk-anggukan kepala.

sepertinya orvin harus segera memberitahukan sebelum semuanya terlambat. tetapi ia bingung, harus membuka suara atau membuka tindakan.

akhirnya orvin memilih untuk lansung megajak adel ketempat dimana karel terbaring lemah.

"sebenarnya nak orvin ngajak tante kemana sih?" kini adel mulai protes.

bukannya orvin tak ingin untuk menjawab, tetapi ia tak kuasa bila harus mengungkapkannya sekarang.

setelah berjalan menelusuri lorong-lorong rumah sakit, kini mereka berdua sampailah di depan ruang icu.

lagi dan lagi adel dibuat bingung dengan orvin, ada urusan apa adel diajak ke ruangan tersebut.

"ngapain kesini nak?" tanya adel mengernyit.

"tante masuk dulu aja ya, disana ada tifa kok te." jelas orvin membuat adel semakin bingung.

"tifa?? sebenarnya ini ada apasih?" adel sudah mulai tak kuasa menahan sabarnya.

tanpa basa basi, orvin langsung membuka pintu ruangan tersebut dan mempersilahkan adel masuk.

adel masuk dengan sangat berhati-hati dan masih bertanya-tanya.

terlihat beberapa para medis mengelilingi sebuah ranjang rumah sakit dan pastinya sudah ada tifa yang menangis hebat.

adel menghampiri tifa dengan perlahan dan memegang pundak tifa seraya memiringkan kepalanya.

tifa yang masih menangis pun refleks menoleh kearah belakang dan melihat siapa yang memanggilnya.

wanita paruh baya. siapa dia? tifa sama sekali tak mengenalnya, bahkan pernah bertemu saja tidak. 

"siapa?" tanya tifa dengan suara yang sangat bindeng.

"nak tifa?" kini adel berbalik tanya.

tifa langsung menganggukkan kepalanya tanpa ragu, tetapi sepertinya ia mengingat suara wanita tersebut.

"tante adel?" tifa langsung to the point tanpa pikir panjang.

setelah adel membalas dengan anggukan, tifa langsung memeluk adel dengan sangat erat dan melanjutkan tangisannya.

adel hanya membalas pelukan tifa dan berusaha untuk menenangkan tifa. bahkan sampai saat ini pun adel belum bisa melihat siapa yang berada di ranjang tersebut.

tifa tak ingin menyia-nyiakan waktunya bersama dengan adel. karena memang sudah sangat lama mereka tak bertemu.

"tante...hiks..hiks..hiks..." ucap tifa dengan terbata-bata karena tangisnya.

"kenapa nak?" adel masih berusaha untuk menenangkan tifa. 

tanpa sadar, rasa penasaran adel pun hilang begitu saja. 

kini tifa melepas pelukannya, dan menarik tangan adel mendekat kearah karel.

"itu anak tante satu-satunya yang selama ini kita semua nantikan." jelas tifa seraya menatap karel dengan penuh harapan.

mendengar penjelasan dari tifa, tubuh adel menegang dan tak bisa digerakkan sedikit pun.

sudah bertahun-tahun ia terpisah dengan anaknya satu-satunya walaupun hanya berstatus anak tiri.

akhirnya adel memaksakan untuk memeluk karel dengan sangat erat. ia berusaha untuk tidak menangis didepan karel.

"karel kenapa?" tanya adel bingung dengan beberapa para medis yang mengelilingi kasur karel.

me or her? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang