{36} sampai

50 9 0
                                    

"tif, tif, udah sampai nih, nyaman banget ya tidur dipundak gue??" ujar karel tanpa dosa seraya menepuk-nepuk kepala tifa dengan lembut.

masih terlihat bahwa tifa masih tertidur dengan sangat pulas. melihat seperti ini, karel hanya bisa menghembuskan nafas besar, mana tega sih lelaki yang dijadikan sandaran terus dia pergi begitu saja?? helllo??? karel bukan pria yang kayak gitu sorry wkwk.

sudah hampir 3 jam tifa tertidur, biasanya orang normal sih cuma 1 jam an kalau di kendaraan.

karel masih berpikir positif. mungkin tifa kelelahan akibat menangis? tapi lucu sih wajahnya, sembab sembab gitu hahaha. maaf ya tif, karel memang jahat banget. rasa sesal tak kunjung henti dibenak karel. 

"tif, gue masih sayang lo, balikan yuk." gumam karel.

"yhaaa ketauan nih yang masih sayang hahaha." ledek tifa membuat karel terlonjak kaget.

"bukannya lo tidur??!" teriak karel masih tak percaya.

"iya gue tidur, tapi gue udah sadar dari tadi hahaha." jelasnya.

"sialan lo, udah ayo turun." ajak karel seraya mengambil tangan tifa. "ayo" ajaknya menoleh kearah tifa karena tifa masih diam ditempat.

"ini sekolah rel, gaboleh pegang-pegang." ujar tifa memutar bola matanya dengan malas.

"oh kalo diluar sekolah boleh dong??" goda karel yang langsung saat itu juga dipukul oleh tifa. "oke" lanjutnya.

tifa dan karel berjalan ber iringan menuju barisan 10 ipa 2 yang terlihat sudah sangat rapi. semua mata sudah jelas tertuju pada tifa dan karel.

ya karel sih biasa aja, tetapi tifa sudah terlihat sangat ketakutan. dengan seperti, malah membuat karel semakin yakin untuk menggandeng tangan tifa. tanpa rasa malu ia langsung menggenggam begitu saja.

"darimana saja kalian?!" bentak bapak kepala sekolah dengan meletakkan kedua tangannya di pinggang.

"maaf pak, tadi ada kendala sama tifa, saya sebagai kakak pembina, harus menjaga dong pak." jelas karel ngeles.

"yasudah silahkan baris." jelas bapak kepala sekolah.

tifa pun hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh karel, walaupun sudah lama ia bersekolah di musasi, tetapi tetap saja ia masih tak punya nyali untuk tampil didepan.

karel tau bahwa tifa banyak yang menyukai, tetapi karena karel duluan yang bisa merebut hati tifa, tidak ada satupun yang berani untuk mendekati tifa, kecuali orvin.

dimata seluruh siswa, karel dan tifa adalah couple goals. mungkin hanya kelas tifa dan kelas karel saja yang tahu bahwa mereka sudah putus. karena memang sikap karel seolah-olah masih memiliki hubungan dengan tifa.

karel menuju kebarisan para pembina dan disana sudah terlihat wildan dan nanda yang tengah menatap karel dengan sedikit sinis. karel juga tak tahu apa yang membuat mereka seperti itu.

"napa lo?" tanya karel seolah-olah tak mengetahui apa-apa.

tidak ada satupun yang menggubris pertanyaan karel. ia pun menghembuskan nafas besar. palingan juga nanti baik-baik sendiri, mereka bertiga memang juga dari dulu seperti itu. berantem, balik, berantem, balik. namanya juga pertemanan, pasti ada lika likunya lah yaa.

karel akhirnya pun memilih untuk baris dibelakang wildan.

"untuk semuanya silahkan ke tenda kalian masing-masing dan jangan lupa untuk makan terlebih dahulu, baru kita nanti kegiatan." ucap salah satu guru musasi. "untuk pembina, dimohon untuk menjaga kondisi adik-adiknya, kalau ada yang sakit, jangan dipaksa untuk mengikuti kegiatan" lanjutnya.

me or her? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang