{24} libur

71 8 0
                                    

pagi itu cuaca sangat mendung sekali. tangan tifa membuka gorden yang masih tertutup rapi. hoaaammm. rupanya tifa masih sangat ngantuk, tetapi ia harus kegiatan rutin untuk menghambat pertumbuhan kankernya. 

tanpa mengganti pakaian tidurnya, ia berjalan kearah balkon rumahnya. tifa melakukan rutinitas seperti biasanya sampai berkeringat. 

setelah melakukan kegiatan itu, tifa bergegas untuk mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke kafe yang biasa ia datangi. 

kali ini ia sudah ada janji dengan nevan akan ketemuan di kafe tersebut. ya katanya sih ada yang mau diomongin, tapi gatau lagi wkwk. 

tifa mengenakan kaos lengan panjang dan training berwarna abu abu polos. untuk membalut kepalanya, tifa menggunakan hijab segi empat berwarna abu abu juga. sangat cantik. 

karena ia melalukan kemoterapi, mata tifa terlihat sangat layu. ia berjalan menuruni tangga dengan sangat tenang.

"eee anak mama cantik banget, mau kemana neng?" tanya vivi dari meja makan.

"tifa mau ke kafe biasanya sama nevan." balas tifa sembari mencomot pisang goreng yang telah di siapkan oleh vivi diatas meja.

"hmmm, yauda hati hati ya, diantar mas rafi aja." ujar vivi lalu tersenyum.

"mana mas, lama banget." protes tifa memutar bolanya malas.

tifa memang tidak diberi kendaraan oleh orang tuanya, ya karena memang tifa tidak mau juga si wkwk. tifa juga gabisa lo naik motor wkwkw. 

jadi selama ini, orang tuanya selalu saja menyuruh tifa untuk mencari pria yang bisa menjaga tifa. dan orang tuanya sebenarnya uda percaya dengan karel, dan orang tuanya juga yakin bahwa karel melakukan seperti itu karena ada alasan tertentu. 

karena merasakan capek berdiri sedari tadi, ia akhirnya duduk sambil menunggu rafi yang entah lagi ngapain. 

tifa mengambil hpnya untuk melihat apakah ada notif atau tidak. matanya membulat sempurna saat melihat notif dari karel abraham arav.

karel ganteng : hai tif, gue mau ketemuan bisa?

tangan tifa sudah gemetar hebat, ia tak tahu harus menjawab apa, sedangkan dia juga harus menemui nevan dikafe tersebut. 

tapi bisa jadi karel lebih perlu daripada nevann. oh noo. sedikit agak lama ia akhirnya memutuskan untuk menemui nevan saja. 

tifa harus terlihat move on dari karel, ia tak mau nanti akan menjadi jadi. tifa sama sekali tak berniat untuk menjawab pesan dari karel. jadi ia memasukkan kembali hpnya kedalam tas.

"ayo" ajak rafi.

"lama anjir lo bodat!" protes tifa seraya berdiri dari kursi.

"ya sorry lah, gue kasih sangu nih" ucap rafi lalu menyodorkan selembar lima puluh ribu kepada tifa.

ya maklum lah ya, namanya juga cewe, disogok pake uang langsung seneng wkwk. seketika senyumnya mengembang begitu saja. 

selama perjalanan, tak ada satupun yang membuka pembicaraan..

tifa turun dari motor dan menjabat tangan rafi sebelum memasuki kafe tersebut.

"lo mau kemanasih? tumben rapi banget." tanya tifa tiba tiba.

"ketemu doi hahaha" jawab rafi tertawa meledek.

"tai lo, awas sama cewenya." tutur tifa seraya meninggalkan rafi begitu saja.

jujur, feeling tifa kepada cewe rafi sangat lah tak enak, tetapi tifa membuang jauh jauh pikiran itu. 

ia melangkahkan kakinya ke dalam kafe dengan senyum yang selalu ia pancarkan. 

tifa melihat seorang pria yang tengah bermain hpnya di kursi paling pojok. tanpa pikir panjang, ia pun langsung menghampiri nevan. 

saat tifa sudah didepannya, dengan segera nevan menyimpan ponselnya kembali, lalu ia tersenyum kepada tifa dan mempersilahkannya duduk.

"hai tif." sapa nevan.

"hai van, sorry ya nunggu lama." maaf tifa.

"iya gpp tif santai aja." ujar nevan dengan senyumnya.

"oh iya, mau ngomong apanih?" tanya tifa seraya membenarkan tali sepatunya yang copot.

"mmm, gimana ya.." jawab nevan dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "gue uda nyaman sama lo dari dulu tif." jelas nevan akhirnya memberanikan.

"hah? maksud lo?" tifa terkejut mendengar penjelasan nevan barusan.

"iya, gue nyaman tif." nevan mengulang ucapannya kembali.

"sebagai?" tanya tifa dengan mengerutkan dahinya.

"lebih dari temen." timpal nevan tanpa beban.

"sahabat?" balas tifa menahan ketawanya.

"ya gagitu juga tif." ucap nevan menyipitkan matanya.

kenapa harus secepat ini sih? <batin tifa.

"sorry van, gue gabisa untuk selebihnya.." tifa meminta maaf dengan menundukkan kepalanya.

"kenapa tif?" tanya karel again.

"gue tetep gabisa.." balas tifa seraya meninggalkan nevan sendirian.

tifa berlari keluar dari kafe karena memang ia tak bisa menahan sedihnya bila mengingat kanker yang ia punya. 

tifa berjalan dipinggir jalan dengan tatapan kosong. ia terus melamun sambil berjalan entah kemana. 

iaa terus saja melangkahkan kakinya tanpa tujuan, sudah lelah dengan semuanya. tanpa sadar, ia berjalan melewati garis semakin menengah.

"TIFAAAA AWASSSSS" teriak seseorang dari belakang.

bbbraaaakkkkkk!!!

seketika lamunan tifa buyar begitu saja, ia menoleh kearah belakang.

"ORVINNNNNNNNN" betapa terkejutnya saat tifa melihat orvin yang tak berdaya dengan bercucuran darah dibagian kepalanya.

tifa berlari dan pastinya menangis dengan sangat kerass. tifa tak menyangka ini akan terjadi.

"vinnnn, bangunn vinn, maafinn gueee, orrvinnnnn...!!!!" teriak tifa seraya mengguncang guncangkan tubuh orvin.

"pak tolong bawa dia kerumah sakit!" pintah tifa kepada orang-orang yang berada di sekitarnya.

tifa sudah menangis tak tahu harus bagaimana, ataukah ini akan berakhir semua?? tifa sudah tak berpikir jernih. 

ia menaiki mobil seseorang yang membantu orvin kerumah sakit. sepanjang jalan, tifa terus memanggil nama orvin, ia terus menyalahkan dirinya.

"vinnn, gue minta maaf vinn, bangun vinnn, gue mohonnn!!" teriak tifa dengan tangisan yang semakin kencang.

tifa mengeluarkan hpnya dan memencet aplikasi whatsapp, ia mengirim pesan kepada sahabat-sahabatnya dan kepada orang tua tifa. 

hatinya sudah tak karuan. ia sudah lemah tak berdaya. apalagi obat yang harus diminum oleh tifa belum diminum. 

kepalanya terasa sangat pusing. ia selalu berdoa agar orvin tidak mengalami luka yang sangat serius.

"hiks, vinnn, gue mohon, gue butuh lo vin, hiks." tifa memohon dengan memegang pergelangan orvin yang masih tak berdaya.

"iya vin, gue janji akan semangat ngelawan kanker gue, gue janji vin, hiks." tifa tetap memegang tangan orvin sangat kencang.

hmmm, ikut kasian:(

hai hai kalian semua, jangan bosen bosen baca ceritakuuu!!! dont for get to follow and vote yaa🥰

enjoy buat bacanyaa😉

maaf ya kalo amburadull🙏, kalo ada saran atau kritik, komen langsung aja. aku juga baru pertama kali, semoga suka yaa💕

me or her? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang