{38} misterius

39 9 0
                                    

"kak, viedya, tifaa, tolongin guee." panggil bella dengan ketakutan.

kini ia sendirian ditengah hutan yang sangat petang. ia benar-benar sudah tidak bisa untuk berpikir jernih kembali. 

bisa dibilang bella adalah gadis yang sangat manja dan patuh. dan sekarang ia harus melewati rintangan ini dengan sendirinya. 

viedya

sorry ya tif, bukan maksud gue mau nikung lo, tapi emang karel yang berhasil buka hati gue, tapi gue rela asal lo bahagia kok tif.  mungkin ini saatnya gue buka hati buat wildan. <batin viedya.

selama perjalanan, viedya benar-benar sangat ingin berada di posisi tifa, dimana bila dia sakit, karel terus merasa panik.

tapi tuhan berkata lain, viedya diciptakan hanya untuk menjadi teman baik karel, gak lebih.

walaupun viedya bersikap seolah-olah dia tak suka dengan karel, tetapi tetap saja perasaan tak bisa dibohongi.

percuma saja dia selalu berangan-angan, it's impossible.

oke viedya nafisa zhafran lo harus buka hati buat orang baru. <batin viedya lalu menghembuskan nafas besar.

kini viedya pun kembali berjalan kembali mengikuti karel.

karel

hampir setengah jam karel dan viedya berjalan untuk keluar dari hutan. untung saja tifa memiliki tubuh yang sangat kecil, jadi tida begitu berat untuk karel membawanya.

sudah terlihat anak-anak yang ramai karena hilanganya mereka ber 4. terdengar berbagai macam pertanyaan yang ditimbulkan oleh murid-murid yang tengah melingkar di samping api unggung.

"karell, apa yang sebenarnya terjadii??" tanya pak farel panik.

"jadi tadi tifa dibawa oleh seseorang dan entah tak tahu siapa pelakunya." jelas karel membuat semuanya saling pandang. "sebentar pak, saya taruh tifa didalam tenda terlebih dahulu." izinnya dan dibalas anggukan oleh farel.

"kak gue ikut." mohon viedya.

"eh vied, lo gapapa?? beneran kann??" tanya wildan panik. "itu jidat lo kenapa?? ikut gue." jelas wildan seraya menarik viedya dengan sedikit kasar.

karel yang melihat pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja. ia langsung berjalan menuju tenda tifa. jaraknya sangat dekat dengan api unggun. ia meletakkkan dengan sangat hati-hati. 

ia akan terus menunggu tifa sampai bangun, sudah menjadi kewajiban dia saat tifa diluar jangkauan orang tuanya.

sorot matanya menatap wajah tifa dengan sangat lekat. "gue tau lo rindu sama nevan, tapi gue jamin rasa kecewa lo lebih besar daripada rasa kangen lo." gumam karel seraya tersenyum miris.

yang seharusnya saat ini ia dan tifa tengah menikmati api unggun yang sangat indah, tapi lagi dan lagi masalah selalu saja datang. satu masalah selesai, datang lah masalah baru. terus saja seperti itu.

"rel." panggil tifa dengan lemah.

"eh..ehh tif,lo udah bangun." karel yang tengah melamun pun langsung buyar begitu saja.

"mana bella??" tanya tifa masih setengah sadar.

"anu, udah lo istirahat ya,minum obat, gue mau koordinasi anak-anak ya." ujar karel seraya tersenyum kepada tifa. ia tak mungkin berbicara yang sejujurnya tentang bella.

karena mungkin keadaannya memang masih sangat lemah, tifa hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja. melihat jawaban dari tifa, karel pun langsung keluar menuju api unggun.

me or her? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang