"neng, neng tifa hati-hati ya, ikutin peraturan sekolah. jangan pergi sendirian." jelas vivi seraya memasukkan kotak bekal untuk di bis.
"iya iya ma, uda berapa kali mama bilang gitu wkwkw." sindir tifa yang sedang mengikat tali sepatu.
"kalau bisa nanti sama karel aja ya.. atau viedya sama aca." sarannya.
"tifa udah ga deket sama mereka semua, aca juga gaikut outbond coba nanti tifa sama temen kelas tifa lainnya ya." balas tifa merubah bentuk wajahnya menjadi judes.
"iyaudah,pokoknya hati-hati, mama gabisa jagain eneng, jadi eneng harus jaga diri." cemas vivi. vivi memang sangat khawatir mengingat keadaan tifa yang sepeerti itu.
"mama ngomong sekali lagi dapet piring cantik loh wkwk." lagi lagi tifa mengucap seperti tadi seraya bangkit dan mengenakan tas abu-abu nya di pundak. "yaudah ma, tifa berangkat dulu ya, assalamualaikum." pamit tifa.
"iya nak waalaikumsalam. mas rafi nyetirnya gausah aneh-aneh." pintah vivi kepada rafi yang sudah menunggu tifa diluar pagar.
rafi hanya bisa mengangguk. tifa berjalan dengan semangat kearah rafi, terlihat bahwa rafi pun juga semangat untuk mengantar tifa. seumur hidup, rafi paling anti deh sama yang namanya musasi. dia sudah malas bertemu dengan masa lalunya yang sangat kelam wkwkwk.
"tumben lu semangat??" goda tifa sambil mencolek lengan rafi.
"ada gebetan gue." jelas rafi tanpa beban.
"apa??!! gebetan??!! gebetan lu sepantaran sama gue??!! gila!!!" teriak tifa kaget.
"cepet naik, telat nanti." protes rafi.
tifa hanya menuruti perintah rafi dengan mengerucutkan bibirnya kembali. sedangkan vivi yang masih berdiri menatap mereka berdua hanya menggeleng-gelengkan kepala saja. vivi tak pernah menyesal mempunyai anak seperti mereka bertiga. anakanak yang nurut, berbakti, tentunya bisa membahagiakan vivi dan juga hermansyah.
saat sampai di musasi, sudah terlihat bis bis yang berbaris rapi di halamannya. sudah banyak murid yang ribut dengan sendirinya. ramai sekali.
tifa merasakan bahwa teman semakin lama semakin sedikit, ia memutuskan untuk pergi ke golongan kelasnya. sudah jelas bahwa kelasnya akan menerima tifa dengan senang hati.
disaat perbincangan dimulai, tifa melihat rafi yang tengah berbincang dengan seorang gadis. sayangnya tifa tak bisa melihat wajah gadis itu. akhirnya ia memutuskan untuk menghampiri mereka.
betapa terkejutnya tifa saat melihat dena yang tengah asik bersenda gurau dengan rafi. atau jangan-jangan pacar rafi itu dena?? hmmmm. tanpa pikir panjang, tifa langsung menyapa mereka dengan tatapan yang tak enak.
"eekhhem." tifa berdeham di belakang dena.
"eh, lo ngapain sih tif?? gangguin aja." sewot dena.
"lo kenal denn??" tanya rafi heran.
"iyalah, adkel songong." jelasnya sewot.
"hahaha, ngaca dong." sindir tifa.
"ngapain sih lo disini?" tanya dena tak enak.
"NGAPAIN LO BILANG??!! INI KAKAK GUE BEGO!" teriak tifa geram.
"ehh, soo...so...sorry tif, gue gak tau." tifa berhasil membuat dena ketakutan.
"mas, lo tau sendiri kan?? dia kayak gimana, yang tifa ceritain karel milih cewe lain ya kak dena mas." ucapan tifa berhasil membuat karel membulatkan matanya sempurna.
"ooo, sorry ya den, gue gasuka sama pengecut."jelas rafi dengan datar.
"aku bisa jelasin bi.." mohon dena.
KAMU SEDANG MEMBACA
me or her? [END]
Randomatifa gita hermansyah, gadis yang selalu saja tersakiti. gadis yang mempunyai hati sangat lembut, dan sudah pasti sangat baik. "oke, sekarang aku tanya, kamu milih aku atau dia???" "oke tif, aku akan milih." siapakah yang akan dipilih oleh pria ter...