{61} ending.

102 6 3
                                    

"tif, udah siap?" tanya vivi yg berdiri debalakng tifa.

kali ini ia sudah mengenakan pakaian pengantinnya dengan warna yang begitu terlihat elegan.

tifa hanya membalas dengan anggukan lemah tanpa menatap vivi.

rasanya sangat deg-deg an. ini membuat hati tifa semakin menangis. harusnya hari ini ia bahagia, tetapi nyatanya apa?

"yaudah ayok." ajak vivi yang langsung meninggalkan tifa begitu saja.

tifa melihat cermin yang berada didepannya, ia melihatkan senyumannya dengan terpaksa.

"tif, lo harus bahagia." gumamnya.

memang setelah kejadian kemarin, tidak ada salah satupun yang berani mengucapkan  pendapatnya termasuk dengan orvin.

rumahnya sudah sangat ramai dipenuhi oleh seluruh keluarga tifa dan yang lainnya.

termasuk juga dengan viedya dan aca. mereka akan terus menemani satu sama lain dan mereka juga berjanji akan selalu bersama.

"tif, kok lu sedih gitusi?" tegur aca mengernyit.

tifa menggigit bibir bawahnya dengan sangat keras. bahkan ia pun juga tak tahu bagaimana ini bisa terjadi.

"bahagia dong tif astagaaaa." ucap viedya dengan kesal.

lagi dan lagi tifa memilih untuk diam dan tak menjawab ucapan kedua sahabatnya.

"tunggu deh tif, lo tuh beneran sayang gak sih sama orvin?" tanya viedya mengintogerasi.

"tauk deh." balas tifa seadanya.

kalau ditanya sayang apa engga, ya udah pasti sayang, tapi sayangnya gatau sebagai apa.

kedua sahabatnya serempak menepuk jidatnya dengan keras.

"gila lu tif, bener-bener gila." protes aca yang kecewa dengan sikap tifa.

"2." sahut viedya memutar bola matanya dengan sangat malas.

"hellowwww, kalian apaan sih?" kini tifa muak dengan kedua sahabatnya.

"lu yang apaan, ini seumur hidup tif, bukan kayak orang pacaran." tutur aca yang dibalas anggukan oleh viedya.

hembusan nafas besar dikeluarkan oleh tifa. ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh aca.

"ayok, udah siap semua kan?" tanya vivi yang tiba-tiba menghampiri mereka bertiga.

dengan serempak mereka menganggukkan kepalanya.

-----------------------------------------------------------

seharusnya jam segini orvin sudah siap-siap untuk akad nikah nanti. tapi sepertinya memang ia harus membatalkan pernikahan ini.

"vin, kamu yakin?" tanya fitri sembari duduk disamping orvin.

sebelum menjawab pertanyaan fitri, orvin menghembuskan nafasnya guna untuk meyakinkan dirinya sendiri.

"insyaallah orvin siap ma, udah gak ada lagi yang harus orvin pertahankan." jelas orvin membuat hati fitri tersentuh.

sudah pasti ada rasa dendam didalam hatinya untuk tifa, tetapi ia berusaha untuk mengikhlaskan semuanya.

"yauda, kita kerumah karel sekarang." ucap fitri.

rumah karel

"assalamualaikum!!!" ucap orvin sedikit teriak.

"vin, pake bel lah, rumah segede ini kok." sahut fitri membuat orvin terkekeh.

me or her? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang