otomatis tifa dan karel pun langsung menoleh kearah sumber suara. terdapat seorang viedya yang tengah berdiri tepat diambang pintu.
"vied?? sejak kapan lo disini?" tanya tifa seraya menghampiri viedya.
"gue niatnya mau ngasih tau lo, eh kok bisa pas bareng sama karel." balas viedya seraya duduk disamping tifa.
"maksud lo gimana nih??" tanya tifa memastikan.
"ya yang ngekhianatin lo itu si aca tif, lo jangan bego bego banget kenapasih. terlalu baik sama bego tuh beda tipis." sindir viedya sewot.
"lo always kaga percaya sama gue tif." timpal karel memutar bola matanya malas.
"masa sih? tapi ini gelang aca." balas tifa menatap gelang tersebut dengan lekat.
dihatinya yang paling dalam, tifa masih sedikit ragu dengan pernyataan mereka berdua.
"gimana tadi sama orvin?" tanya viedya kepo.
"orvin??" tiba-tiba karel menyahut.
"seru pake banget." balas tifa excited.
"kapan dia bangun? kok gak ada yang ngabarin??" kini karel mulai manaikkan nadanya.
"waktu itu." hanya 2 kata yang dilontarkan oleh viedya.
karel memilih untuk tak menjawab ucapan tersebut. seketika itu ia langsung mengulas senyuman diwajahnya.
tifa hanya menatap karel dengan lekat. tifa berpikir bahwa karel sudah menepati janjinya untuk mencari sosok yang telah bersama nevan.
rasanya semua orang dilahirkan kedunia hanya untuk bermuka dua. tifa sangat benci itu, baik disakitin, jahat dijauhin.
"vied, gue sama tifa udah jadian lo." ucap karel pamer.
viedya
viedya hanya memaksakan senyuman dan mengangguk-angguk.
sakit sekali mendengar semua itu. mencintai sahabat sendiri tak beda jauh dengan patah hati, tapi ini lebih sakit.
hatinya memberontak, tapi viedya harus menghilangkan rasa itu.
terlihat sangat jahat? memang. tetapi setidaknya dia hanya memendam sendiri rasa itu.
viedya tak membongkar ke siapapun kecuali wildan.
tifa
tifa hanya tersipu malu melihat karel yang menaik-naikkan kedua alisnya.
"oke sekarang udah resmi." ucap tifa tanpa ragu.
semakin membuat hati tifa tertusuk berkali-kali.
malam itu, malam yang cukup lumayan untuk mengobati hati tifa, dan malam yang sangat buruk bagi viedya.
sekitar jam setengah sembilan, mereka memilih untuk menyudahi perbincangan mereka.
viedya terlebih dahulu berpamitan untuk pulang begitu juga dengan karel.
"aku pulang ya tif." pamit karel seraya mengusap puncak kepala tifa. "jangan capek-capek, obatnya diminum."pintah karel yang dibalas anggukan oleh tifa.
setelah satu persatu menghilang dari hadapan tifa,
tin! tin!
suara klakson mobil berbunyi tepat didepan pagar rumah tifa.
tifa dengan segera memutar balikkan badannya. dengan lekat ia menatap mobil itu.
turunlah seorang pria berbadan tinggi dari mobil tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
me or her? [END]
Разноеatifa gita hermansyah, gadis yang selalu saja tersakiti. gadis yang mempunyai hati sangat lembut, dan sudah pasti sangat baik. "oke, sekarang aku tanya, kamu milih aku atau dia???" "oke tif, aku akan milih." siapakah yang akan dipilih oleh pria ter...