{45} clbk?

67 9 0
                                    

"yauda yok kita pulang." ajak orvin setelah membayar semua pesanan makan malam mereka.

tifa dan dena pun mengangguk setuju. sebelum meninggalkan tempat tersebut, tifa meminum obatnya terlebih dahulu karena takut terjadi apa-apa dengan dirinya.

diperjalanan, tifa dan dena hanya menyimpan rasa capek yang sudah ia kumpulkan saat tadi siang bermain di dunia fantasi.

perlahan rasa ngantuk pun muncul, tifa menyandarkan punggungnya di kursi mobil, dan menutup matanya dengan lembut.

orvin 

perjalanan kini macet. dan tiada hari kota ini tidak macet. orvin melirik kearah tifa dan rupanya dia sudah tertidur dengan pulas.

saat orvin melihat dena dari kaca depan, matanya pun sudah terpejam sama seperti tifa. orvin hanya bisa menghembuskan nafasnya besar. "lo berdua tuh cewe-cewe tangguh, walaupun dena pernah ngelakuin kesalahan, itu karena dia memang tak mendapatkan haknya." gumam orvin tersenyum kecil.

malam minggu yang sangat mengesankan untuk seorang orvinio tinaga. ia tak akan pernah melupakan momen spesial bersama tifa.

walaupun orvin hanya bisa menjadi sahabat tifa, baginya tak masalah, kalau memang jodoh juga bakal happy ending.

toh kalau faktanya bukan jodoh, orvin yakin pasti akan digantikan oleh seseorang yang bisa mencintai dan dicintai orvin.

kali ini pikirannya ribut dengan sendirinya. saat memikirkan momen bersama tifa, ia selalu saja tertawa. tetapi disaat memikirkan hal yang sedih, ia pun tiba-tiba mengerucutkan bibirnya.

sudah hampir 1 jam, mereka terjebak oleh macetnya jakarta. kini dena pun sudah terbangun dari tidurnya.

"gue kira udah nyampe." ujar dena dengan pelan tetapi masih bisa didengar oleh orvin.

"macet banget heran." balas orvin datar.

"sejak kapan jakarta sepi, dari dulu juga kayak gini." jelas dena seraya melihat kearah luar jendela. 

dena 

momen seperti ini sangat ia rindukan pada saat keluarganya masih utuh. 

mereka selalu saja memakai mobil mewah kemana pun mereka pergi. dan sudah menjadi makanan sehari-hari untuk dena menaiki mobil.

dulu ayah dena sempat berpesan "jakarta itu sangat ramai dan selalu macet, nanti kalau ayah gaada, dena harus jadi orang besar yang ngatur jalanan biar gak macet lagi." kata-kata itu selalu ada dalam pikiran dena.

tetapi semua itu sudah tak berarti saat keadaan dena berubah drastis. untuk bersekolah saja dena tak mampu, apalagi kuliah. 

mungkin dalam waktu dekat ini dena akan mencari pekerjaan yang mau menerima dena dengan hanya sma kelas 11.

harapannya memang sangat kecil. tetapi tidak ada salahnya kan bila usaha terlebih dahulu.

"ayah, maaf, dena gabisa untuk mengabulkan permintaan ayah." gumamnya seraya tersenyum miris.

"kenapa lo?" tanya orvin yang masih sibuk menyetir.

dena sangat terkejut mendengar pertanyaan orvin, ternyata orvin bisa mendengarnya.

"gaapa vin." jelas dena dari belakang dengan nada yang senduh.

tiba-tiba pikirannya teringat dengan seseorang. karel.

karena hp dena entah kemana, dena hanya bisa ribut dengan pikirannya sendiri.

maafin gue ya rel, dan maafin bokap gue.

me or her? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang