8.

259 26 0
                                    

"eh kayaknya Nafa tuh" lirih Rizal

Rizal bergegas mengahmpirinya dan memanggilnya, niatnya akan bertanya perihal Reni

"Nafaa!" panggil Rizal

"tumben nih orang panggil panggil gue" batin Nafa

"apaan?" menatap Rizal

"temen lu yang kocak itu kemana?"

"temen gue banyak Zal, gak cuman satu, emang gue punya teman kocak apa, teman gue lucu lucu semua oke!"

"Reni tuh temen lo kan, kemana dia?"

"bukan temen, tapi sahabat!! lo nanya gue?, tumben amat, lo kan juga kenal Reni, kepo amat sih. kalau mau tau dia kemana cari aja sendiri!" pergi meninggalkan kantin

"orang gila, gue tanya baik baik malah nyolot"

○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●

Duduk sambil termenung, heran dan penasaran apa yang sedang orang tuanya fikirkan

melihat kedua orang tuanya yang sejak tadi ia sadar mereka hanya terdiam, bagaimana cara mengatakan jika anak semata wayangnya mengidap penyakit yang sangat serius

Akhirnya Rita memberanikan diri mendekati Reni yang sedang duduk di kasur rumah sakit

"sayang Mamah mau bicara sama kamu" mendekati Reni

"mau bicara apa sih Mah?, Papah juga kenapa dari tadi diam aja?" melihat Reno

"kamu yang sabar ya yang kuat Mamah sama Papah pasti akan menjagamu selalu" Rita meneteskan air mata, Reno mendekat sambil memeluknya

"maksud Mamah apa sih Reni gak paham?" kenapa dengan kedua orang tuanya

"kamu mengidap penyakit kanker otak nak, dan pasti kamu bisa sembuh Mamah yakin" memeluk Reni

"apa?! gak mungkin!!?" menangis

"iya Ren yang Mamah kamu ucapkan benar, tapi kamu jangan patah semangat, harapan kamu untuk sembuh masih banyak nak" mengelus kepala Reni

"iya sayang kamu pasti sembuh, Mamah akan berbuat apa pun agar kamu bisa sembuh dan sehat lagi" mereka sambil berpelukan

Kenapa gue harus seperti ini

○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●

Beberapa hari ketika ia terbaring di rumah sakit, masih tidak percaya dengan kondisinya sekarang, harapannya pupus cita cita dan masa depan yang ia harapakan hancur lebur

pikirannya masih tidak percaya

Dan akhirnya hari ini dia di perbolehkan untuk pulang tapi tetap saja harus kemo terapi meminum obat bahkan harus oprasi tapi untuk oprasi sendiri sangat resiko semua memori akan sedikit hilang dari otaknya

Sekarang dia tidak terlalu memikirkan ini semua kalau sudah waktunya ia sudah siap

Setelah sampai rumah ia baringkan tubuhnya di kasur, dengan perasaan yang masih tak rela jika harus pergi secepatnya, impiannya

"akhirnya gue udah bisa pulang, tapi pusing nya agak mendingan lah" baring di tempat tidur kesukaannya, beranjak bangun lalu mengambil telepon di tas lalu menyakannya membuka whastapp mungkin ada yang chat

Pesan

NAFA🌻

"Ren di cariin Rizal, lo besok berangkat kan?"

"kemana aja gak berangkat lagi?"

"woy Ren kemana sih lo, gue temen lo kangen sama lo baby"

"Ren😣"

Pesan +62 8987 5641 3600

"bocah kocak lo kemana kagak masuk sekolah, udah tiga hari kagak masuk?"

"gue Rizal"

Deg deg "nih beneran Rizal whatsapp gue, ya ampun dia nyarin gue?, tapi kenapa manggilnya bocah kocak?, gue kan lucu" tersenyum

Tersenyum ketika Rizal mencarinya

akankah Rizal benar menyukai Reni, baru saja ia berkenalan tapi ia sudah memberi perhatian lebih kepadanya

○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●

Paginya Reni sudah duduk di meja sebelum Reno datang menunggu untuk sarapan pagi bersama, untuk seterusnya ia harus bisa merubah hidupnya, selagi ia masih bernyawa ia akan berubah

"sayang kamu beneran hari ini mau berangkat sekolah?" menatap Reni

"iya Mah. aku juga udah sehat, udah gak pusing lagi" tersenyum

Setelah selesai makan, Reni menunggu di dalam mobil karena hari ini akan di antar oleh Reno, mobil keluar dari rumah mewah tersebut menuju sekolah

setelah beberapa menit, Akhirnya Reni sampai di depan gerbang sekolahannya, Reni terlihat bahagia bagai mana tidak hari ini dia akan bertemu denga Rizal dan sahabatnya, tentang penyakitnya ia tak akan ambil pusing

"semangat ya sayang untuk hari ini sekolah"

"iya Pah, aku kan kuat, yaudah aku mau masuk kelas dulu" mencium tangan Reno, lalu mebuka pintu mobil dan keluar.

Reni berjalan cepat menaikki tangga menuju kelasnya yang berada di lantai tiga. mungkin tidak sabar bertemu dengan sahabatnya, karena sudah beberapa hari tidak berjumpa ia sangat merindukan sahabatnya yang sangat menjengkelkan

"Faaa" dari depan pintu

Nafa terkejut ketika melihat sahabat yang ia nantikan sudah datang. karena sahabat jadi yah mereka tidak bertemu beberapa hari saja seperti satu abad

"Rennn, kemana aja sih gak berangkat? gue kesepian tau, udah mau mati aja gue kalau gak sama lo" gerutu Nafa

"kumat alaynya, kangen ya lo sama gue?, iya kan" tertawa kecil

"siapa juga yang kangen sama lo, cuman kangen sama mukak lo nih pengen gue tonjok"

"jahat banget sih lo jadi temen" lanjut "maapin gue lah, kemarin gue tuh gak berangkat karena ke rumah keluarga gue di daerah bogor, dan itu mendadak terus gak ada sinyal"

Reni menyembunyikan penyakitnya Reni takut kalau Nafa tau apa yang di derita Reni sekarang akan membuatnya menjauhinya atau bahkan tidak ingin menjadi temannya karena penyakit yang di deritanya, walaupun sahabat ia belum berani untuk jujur

AKU YANG TERLALU MENCINTAIMU [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang